Home Gaya Hidup Merapi dan Pandemi dalam Garis-garis Intuisi Gary

Merapi dan Pandemi dalam Garis-garis Intuisi Gary

Yogyakarta, Gatra.com - Dengan dasar sapuan merah dan oranye, lalu garis-garis pendek dan torehan warna-warna lebih cerah di atasnya, lahar yang membara seakan menerjang batu dan pepohonan. Letusan Gunung Merapi yang chaos sekaligus memukau pun tergambar dalam kanvas 130x80 centimeter di karya bertajuk ‘Eruption of Merapi’.

Adapun lukisan ‘Lava of Merapi Volcano’ juga mengilustrasikan gagahnya betapa gunung api teraktif di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah itu kali ini dengan tambahan garis-garis hijau bak segitiga mirip sebuah puncak.

Saat aktivitas vulkanik Merapi terus meningkat belakangan ini, dua lukisan tersebut mengingatkan lagi sanggup memberikan inspirasi tak habis-habis bagi para seniman, temasuk perupa muda Gary Hadameon.

Dua karya itu termasuk 67 lukisan Gary yang diboyong di pameran tunggalnya, ‘Organic’. Pameran ini digelar di Jogja Gallery, Kota Yogyakarta, mulai Sabtu (14/11) hingga 25 November 2020.

Lukisan tentang Merapi itu dikerjakan Gary dari studionya di Magelang, di tengah wabah Covid-19. Seperti juga diakui sejumlah seniman lain, pandemi membuat mereka produktif, tak terkecuali Gary. Semua karya di ajang ini disiapkan sejak Mei lalu. Satu lukisan, bahkan bisa dua karya, dirampungkan dalam sehari.

Sebelum pameran tunggal ini, Gary berpartisipasi di ajang lain. Pada 4-10 November lalu, karya Gary ikut serta di pameran bersama ‘Kembulan 3: Nguwongke’ di Galeri RJ Katamsi Insititut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Karya Gary juga tampil di pameran virtual ‘A Help’ gelaran International Association de Artistas Visuales (IAVA) yang berbasis di Eropa. Dari 872 proposal karya, terpilih 64 seniman dari 25 negara. Gary, satu-satunya perupa dari Indonesia, menyumbang tiga karya: ‘Transmission’, ‘Contemplation’, dan yang ikut nongol di ‘Organic’, ‘Let’s Talk’.

Atas situasi pandemi yang mendorong produktivitasnya ini, Gary juga punya tafsir tersendiri. Ia membingkainya dalam lukisan amuk lautan, seperti ‘Gold Stone’ dan ‘Blue Ocean’, yang ditingkahi garis menyerupai petir.

Menurut Gary, petir itu bak terompet sangkakala, suatu pertanda petaka seperti halnya pandemi. Namun warna biru yang meneduhkan tetap mendominasi karya-karya itu, ibarat kebaikan yang terus ada saat pandemi, seperti langkah Gary berdonasi termasuk lewat hasil karyanya di pameran ini.

“Saya pendatang baru di dunia seni rupa. Harapannnya karya-karya saya bisa berkembang, dikenal masyarakat, dan pengunjung bisa memaknai lukisan di pameran ini,” ujar perupa 21 tahun yang menekuni seni secara otodidak ini.

Kurator pameran ini, A Anzieb, menyebut karya-karya Gary termasuk lukisan abstrak. Namun ia berangkat dari pendekatan realis atas kisah sehari-hari. “Karakter garis-garisnya khas anak kecil dengan coret-coret sesukanya. Jujur dan otentik dengan diksi sederhana tapi punya makna penting,” ujar dia.

Menurut Anzieb, Gary seolah berseloroh atas kehidupan manusia yang suka mendekat pada hal-hal yang riuh dan material. Namun secara polos ia mengikuti intuisi untuk menampilkan berbagai peristiwa di sekitarnya, termasuk pandemi dan erupsi Merapi. “Kepolosan yang sebenarnya banyak mengandung kedalaman, berpijak pada jiwa,” kata dia.

360