Home Ekonomi Wamendes: Kepemimpinan Perempuan Masuk di SDGs Desa

Wamendes: Kepemimpinan Perempuan Masuk di SDGs Desa

Jakarta, Gatra.com – Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi, mengatakan, isu-isu perempuan atau kesetaraan gender merupakan salah satu poin penting yang menjadi fokus dalam SDGs Desa.

Budi di Jakarta, Rabu (17/11), optimistis dengan adanya poin berkesetaraan gender dalam SDGs Desa, dapat menjadikan pembangunan yang bernuansa ramah terhadap perempuan bisa terwujud.

Orang nomor dua di Kemendes PDTT ini, menyampaikan keterangan tersebut saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Bengle, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Jabar), untuk melihat situasi dan kondisi desa yang dipimpin oleh kepala desa perempuan, yaitu Lia Amelia.

Menurt Budi, kalau memberdayakan perempuan berarti memberdayakan sebuah bangsa. Ia berharap, kepemimpinan perempuan, baik sebagai kepala desa, camat, bupati, dan gubernur bisa membawa perspektif tentang pembangunan yang ramah gender.

"Saya selalu berimajinasi, kalau lihat kadesnya perempuan pasti desanya lebih bersih dan lebih ramah. Karena kalau ramah terhadap perempuan, pasti ramah terhadap anak," katanya.

Selain itu, Budi Arie meyakini kalau desa yang dipimpin oleh kades perempuan pasti mampu memberikan cinta bagi desa dan warganya, seperti ia mencintai anak-anaknya.

"Jadi cinta itu alami, tapi kebencian itu diajarkan. Karena itu, saya harapkan ini, terus terang kunjungan ke Desa Bengle ini sekaligus saya juga ingin menggelorakan kepemimpinan perempuan di desa-desa seluruh Indonesia," ucapnya.

Sesuai data di Kemendes PDTT, lanjut Budi Arie, dari 74.953 desa di seluruh Indonesia, baru sekitar 6.500 desa yang kepala desanya perempuan, atau masih kurang dari 10%. "Sama seperti di Karawang, dari 297 desa, baru 20 kepala desanya perempuan. Kalau bisa 30% perempuan jadi kepala desa di Karawang," ujarnya.

Dalam penutup sambutannya, Wamendes Budi Arie mengajak perempuan untuk terlibat menjadi kekuatan ekonomi desa, bukan hanya jadi kekuatan sosial masyarakat. "Selama ini kita selalu berpikir bahwa perempuan sebagai kekuatan sosial masyarakat. Menurut saya, saatnya sekarang perempuan harus menjadi kekuatan ekonomi," ujarnya.

Budi Arie menceritakan soal kunjungan ke Desa Bengle. "Ini kunjungan saya karena saya janji sama Bu Kades waktu acara minggu lalu di Grand Sahid, Jakarta, ketika diskusi tentang SDGs Desa soal isu perempuan atau desa ramah perempuan," ujarnya.

Budi menuturkan, sempat menyampaikan kepada Kades Amel sapaan Kades Lia Amelia akan berkunjung ke Bengle. "Saya datang, saya mau lihat desa yang dipimpin oleh kades perempuan itu seperti apa sih," ungkapnya.

Setelah memberikan sambutan, Wamendes PDTT Budi Arie kemudian berdialog dengan ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pengelola Bank Sampah, Kelompok Wanita Tani (KWT), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), pengelola Dana Sosial Masyarakat (DASOMAS), UKM, Koperasi, dan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Desa Bengle.

Setelah dari kantor Desa Bengle, Budi Arie kemudian meninjau Industri Produksi atau Budidaya Maggot. Budidaya Maggot merupakan salah satu Best Practice Keterlibatan Perempuan di Desa Bengle.

171