Home Ekonomi Penguatan Pasar Domestik untuk Jaga Ketahanan Pangan

Penguatan Pasar Domestik untuk Jaga Ketahanan Pangan

Jakarta, Gatra.com - Pandemi Covid-19 telah mengoyak sendi perekonomian Indonesia. Hal itu ditunjukkan oleh kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 sebesar minus 3,49 persen dan membuat Indonesia resmi masuk ke dalam jurang resesi, lantaran pada kuartal sebelumnya pertumbuhan ekonomi nasional telah terkontraksi hingga 5,2 persen.

Namun, di tengah pertumbuhan ekonomi yang negatif, sektor pertanian masih mampu mencatatkan pertumbuhan positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian kuartal III bertumbuh 1,01 persen, sedangkan lima sektor utama lainnya justru bertumbuh negatif, dengan industri pengolahan tercatat minus 4,31 persen, perdagangan minus 5,03 persen, konstruksi minus 4,52 persen, serta pertambangan minus 4,28 persen.

"Berdasarkan data tersebut, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menilai sektor pertanian dan pangan bisa menjadi kunci pendorong pemulihan ekonomi nasional. Hanya saja itu perlu didukung dengan upaya memulihkan tingkat konsumsi domestik yang tertekan oleh pandemi Covid-19," kata Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan KADIN Franciscus Welirang dalam diskusi Jakarta Food Security Summit (JFSS) kelima di Jakarta, Rabu (18/11).

Menurutnya, agar sektor pangan dapat berkembang perlu adanya langkah dan kebijakan untuk memaksimalkan kekuatan pasar domestik menjadi strategis, baik dari sisi permintaan maupun suplai. Sebab, jika dilihat dari sisi permintaan, daya beli masyarakat masih perlu didorong.

"Adapun dari sisi suplai, perlu terobosan untuk mensubstitusi komoditas pangan impor melalui peningkatan produksi dalam negeri, seperti daging sapi, sayuran dan buah-buahan. Faktor suplai dan permintaan ini perlu dikelola agar terjadi keberlanjutan produksi di sektor pertanian sehingga harga komoditasnya stabil dan kesejahteraan petani meningkat," ujarnya.

Selain itu, peran koperasi petani dalam sebuah ekosistem pertanian juga dipandang perlu untuk ditingkatkan lagi. Terlebih, koperasi dalam hal ini dapat membantu petani, yakni sebagai perantara antara petani di daerah dengan perbankan nasional.

"Koperasi petani harus diperkuat," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, sektor pertanian dan pangan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19, mengakibatkan penurunan aktivitas di sejumlah sektor perekonomian nasional, sektor pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan justru mampu tumbuh sekitar 2,5 persen (year on year/yoy).

Karenanya, pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kembali kinerja sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian bantuan langsung tunai (BLT) kepada 80 juta penduduk desa.

Bantuan tunai tersebut, termasuk untuk 3,7 juta petani, nelayan, dan buruh nelayan, katanya.

Bendahara Negara bilang, dalam menjaga stabilitas harga pangan, perhatian bukan hanya terhadap daya beli masyarakat saja, melainkan juga harus memperhatikan kesejahteraan petani. Karena dengan demikian, dapat tercipta keseimbangan di seluruh lapisan masyarakat, begitu juga dengan keseimbangan harga pangan yang dapat sekaligus dijaga.

Lebih lanjut Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah juga akan berusaha mempercepat pembentukan food estate di sejumlah daerah, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Papua. Food estate tersebut sebagai salah satu cara untuk menaikan produktivitas padi dan non-padi.

"Pemerintah sudah menganggarkan dana sekitar Rp104 triliun dalam APBN 2021 untuk pengembangan food estate dan ketahanan pangan," ujarnya.

340