Home Gaya Hidup Kota Bambu Runcing Parakan Diusulkan Menjadi Museum Terbuka

Kota Bambu Runcing Parakan Diusulkan Menjadi Museum Terbuka

Temanggung, Gatra.com- Peneliti sejarah arkeologi pra kolonial yang juga dosen Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Musadad mengusulkan Kota Parakan yang telah dinobatkan sebagai Kota Pusaka oleh pemerintah RI, menjadi museum terbuka. Hal itu melihat kompleksitas sejarah, arkeologi, dan budaya di kota tua yang telah ada sejak zaman Mataram Kuno ini. Parakan juga selama ini menyandang predikat "The Little China Town" (Tiongkok kecil) selain Lasem, karena banyak warga keturunan Tionghoa bermukim di sini dan bisa hidup damai berdampingan dengan orang Jawa.

"Kalau soal usulan adanya museum sebenarnya Parakan secara keseluruhan sebagai kota sudah bisa menjadi museum terbuka. Malah luar biasa. Kalau mau bangun museum kita perlu memberi artefak-artefak, karena jangan sampai hanya foto-foto saja yang dipampang, tapi harus ada tiga dimensinya sehingga pengunjung tertarik betul. Tapi dengan museum terbuka akan lebih menarik karena wisatawan bisa lebih lama tinggal di Parakan malah bisa menginap," katanya dalam seminar nasional bertajuk 'Parakan Kota Pusaka' yang digelar secara virtual oleh Pemkab Temanggung, Rabu (18/11).

Hal tersebut muncul setelah dalam seminar dalam rangka HUT ke-186 Kabupaten Temanggung ini muncul berbagai usulan dari peserta webinar, salah satunya ada usulan untuk membangun sebuah museum di Parakan. Pembangunan museum itu untuk memperkuat posisi Parakan sebagai kota pusaka setara dengan sejumlah kota/kabupaten lain di Indonesia, seperti Yogyakarta, Semarang, Palembang, Bogor, dan lain sebagainya.

Mantan Bupati Temanggung KH Hasyim Afandi menanggapi bahwa, di Parakan sejauh ini tidak ada tempat untuk dijadikan ruang atau bangunan khusus untuk museum. Namun demikian, keberadaan Taman Bambu Runcing di sini bisa dimanfaatkan terlebih dahulu untuk diperkenalkan kepada anak-anak calon generasi penerus. Melalui cara ini anak-anak akan memahami sejarah Kota Parakan sebagai kota pusaka dan kota juang dengan bambu runcing sebagai ikonnya. Sampai saat ini belum semua generasi muda tahu jika senjata bambu runcing yang menjadi legenda pejuang RI melawan penjajah berasal dari Parakan dengan Kiai Subchi sebagai pencetusnya.

"Terlebih dahulu bisa mengenalkan Parakan dengan muatan lokal, dengan memanfaatkan keberadaan Taman Bambu Runcing, karena di sini tidak ada tempat khusus untuk membuat museum. Tapi lewat cara itu di Taman Bambu Runcing guru bisa membawa murid-murid untuk dikenalkan tentang Bambu Runcing," katanya.

Ketua Lembaga Sejarah Arsitektur Indonesia yang juga dosen Universitas Tarumanegara Jakarta, Sutrisno Murtiyoso, menjelaskan, bahwa nama Parakan sudah disebut jauh sebelum Kabupaten Temanggung berdiri pada tahun 1830-an, bahkan sebelum Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta berdiri. Dari litertur yang ia peroleh nama Parakan sudah disebut di Babat Giyanti pada abad 18 Masehi.

"Soal pendidikan saya rasa Pak Hasyim benar sekali, saya rasa kita harus menyusun muatan lokal untuk SD, SMP, SMA. Tanpa ada pendekatan terstruktur seperti itu akan sulit sekali menanamkan pada anak-anak cinta pada tumpah darah. Kita mudah mengatakan mencintai Indonesia, tapi sebelum itu lebih baik cinta kampung dulu," katanya.

Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq, mengatakan, pembangunan di Kabupaten Temanggung tidak boleh kehilangan arahnya, oleh karena itu harus menggali sejarah yang tidak bisa dilupakan. Karena sejarah itulah yang membentuk identitas kita sebagai Temanggung. Hal ini akan menjadi bekal menatap masa depan yang lebih baik.

"Parakan ini dulunya merupakan ibu kota Kabupaten Menoreh yang pada tahun 1834 Bupati pertama Raden Adipati Ario Djojonegoro memindahkan ibu kota dari Parakan ke Temanggung. Tentu saja masyarakat Kabupaten Temanggung berhutang pada masyarakat Parakan, karena terbentuknya kabupaten ini bermula dari Parakan," katanya.

Sebagaimana diketahui Parakan telah dinobatkan sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum RI lewat Piagam Komitmen Penataan Pelestarian Kota Pusaka tahun 2015. Kala itu Parakan masuk dalam 17 kota/kabupaten di Indonesia yang menyandang gelar Kota Pusaka bersanding dengan Yogyakarta, Denpasar, Palembang, Semarang, Bogor dan lain-lain.

Keberadaan situs-situs bersejarah menjadi latar belakang ditetapkannya Parakan sebagai Kota Pusaka. Di era Mataram Kuno wilayah ini menempati posisi istimewa dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Wanua Tengah. Dari prasasti inilah diketahui nama-nama raja Mataram Kuno yang termashur mulai dari Raja Sanjaya, Pikatan, sampai Balitung.

Sebelum Kabupaten Temanggung lahir, dulu wilayah di sini bernama Kabupaten Menoreh, yang ibu kota kabupatennya berpusat di Parakan sekarang. Namun seiring dengan terjadinya suksesi perang Jawa atau Perang Diponegoro melawan Belanda pada 1825-1830 ikut mempengaruhi lahirnya Kabupaten Temanggung saat ini. Lalu setelah era Diponegoro pada masa perang kemerdekaan, dari Parakan muncul Kiai Subchi (1858-1959) yang memperkenalkan senjata bambu runcing dan sampai saat ini menjadi legenda bagi perjuangan bersenjata di Indonesia.

Dari segi arsitektur sampai saat ini banyak bangunan kuno dengan desain indies maupun bercorak Tiongkok, seperti bekas stasiun kereta api, klenteng Hok Tek Tong, komplek pecinan, Kantor Kawedanan, Pasar Legi. Lalu ada Omah Candi Gotong Royong tempat tinggal Lau Djing Tie tokoh dari Tiongkok yang membawa kungfu ke nusantara. Tokoh Djieng Tie yang lahir tahun 1855 sangat dikenal, baik di negeri asalnya Tiongkok maupun di nusantara. Lantaran Djing Tie lah yang membawa atau memperkenalkan kungfu ke nusantara setelah menetap di Kota Parakan.

471