Home Milenial Yogyakarta Kombinasikan Belajar Daring dan Tatap Muka

Yogyakarta Kombinasikan Belajar Daring dan Tatap Muka

Yogyakarta, Gatra.com – Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyiapkan sejumlah langkah untuk pembelajaran tatap muka di sekolah mulai Januari 2021. Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem yang mempersilakan pemerintah daerah membuka kembali sekolah segera ditindaklanjuti.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY Didik Wardaya mengatakan, sejak awal Oktober 2020 SMK dan SMA di DIY telah menjalani uji coba pembelajaran di sekolah. SMK menggelar kegiatan praktik, sedangkan SMA berupa konsultasi dengan guru.

“Kalau di Jogja saat ini rata-rata sekolah untuk SMK sudah melakukan tatap muka pelajaran praktik secara terbatas. Yang SMA sifatnya tatap muka datang ke sekolah konsultasi dengan gurunya terkait dengan materi atau kesulitan dengan cara jarak jauh,” kata Didik saat dihubungi, Jumat (20/11).

Didik mengatakan, uji coba pembelajaran di sekolah tersebut akan dievaluasi. Langkah ini untuk mengetahui sejauh mana penerapan protokol kesehatan, seperti penggunaan masker dan pencegahan kerumunan. “Kami juga akan evaluasi gugus tugas Covid-19 di tingkat sekolah itu berjalan dengan baik atau tidak,” katanya.

Setelah evaluasi itu, Dinas Pendidikan akan berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah kabupaten dan kota, Dinas Kesehatan, komite sekolah, dan orang tua murid.

Sebab Pemda DIY hanya menaungi SMA, SMK, dan SLB. Adapun Madrasah di bawah kewenangan Kementerian Agama, sedangkan PAUD, SD, dan SMP di bawah pemerintah kabupaten dan kota.

“Harus diingat juga di satuan pendidikan tetap harus ada keterlibatan orang tua murid dan komite sekolah untuk setuju dan tidak setuju (belajar di sekolah). Kan mereka yang tahu situasi di lingkungan sekolah,” katanya.

Didik menyatakan, setelah semua pihak sepakat, pembelajaran tatap muka baru digelar. Kegiatan belajar di sekolah tersebut wajib menerapkan protokol kesehatan. “Kalau nanti tatap muka di Januari 2021, sifatnya masih terbatas. Terbatas itu misalnya bisa dengan model tiga jam pagi, tiga jam siang,” katanya.

Model pembagian waktu belajar itu untuk membatasi jumlah siswa di sekolah. Setiap kelas hanya akan diisi setengah jumlah siswa kelas tersebut. “Jadi kalau dulu satu meja diisi dua siswa, nanti satu meja satu siswa saja. Sehingga bisa tetap jaga jarak,” kata Didik.

Pembelajaran tatap muka di sekolah nanti juga tidak akan menghilangkan pembelajaran jarak jauh secara daring. “Kalaupun nanti tatap muka, tidak menghilangkan pembelajaran jarak jauhnya. Jadi ada pembelajaran tatap muka dan ada pembelajaran jarak jauh,” ucapnya.

190