Home Gaya Hidup Aroma Kopi Berkualitas Itu Menembus Batas Masker

Aroma Kopi Berkualitas Itu Menembus Batas Masker

Doloksanggul, Gatra.com- Safri menggengam gagang teko leher angsa dengan baik. Menuangkan air tetes demi tetes ke dalam driver v60. Memastikan seluruh permukaan bubuk kopi tersiram rata. Hingga mengeluarkan aroma semerbak di Imajinasi Kopi.

Keseharian lelaki yang lahir di Doloksanggul, 13 Maret 1991 itu kini kembali seperti dulu. Menjadi penyaji kopi untuk penikmat yang ingin merasakan keistimewaan kopi lintong dengan berbagai model penyajian.

Menawarkan kopi dengan beragam proses. Memperkenalkan keistimewaan kopi lintong kepada setiap pengunjung. Memberikan edukasi dan informasi tentang kopi yang digunakannya. Serta memperlihatkan atraksi penyajian kopi secara personal kepada pelanggannya.

Safri satu dari sekian banyak pengelola coffee shop yang terkena dampak dari pembatasan sosial selama masa pandemi covid 19. Namun saat ini, Safri sudah kembali membuka gerai kopinya yang berada di kawasan Jalan Siliwangi, Desa Bona Ni Onan, Siparbue, Kecamatan Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan.

Bedanya, dulu Safri menyajikan kopi tanpa aturan protokol kesehatan. Saat ini, menggunakan masker dan pelindung wajah wajib dilaksanakan saat memberikan pelayanan kepada pengunjung. Selain meminimalisir potensi penularan virus covid 19, Safri mengaku dengan pelindung diri dia jauh lebih nyaman melayani tamu.

Pasalnya, dengan menerapkan protokol kesehatan dia dapat memberikan keyakinan dan kenyamanan kepada pengunjung di coffee shop yang sudah didirikannya sejak tahun 2018 lalu. "Awalnya saya sempat stress. Pasalnya covid 19 datang disaat saya baru mengelola coffee shop. Namun setelah kita paham tentang covid, pencegahan dan protokol kesehatan kita dapat kembali menjalankan usaha yang kita kelola," ujarnya.

Safri mengaku bahwa dia sempat gamang menggunakan sejumlah perlengkapan pelindung diri untuk melayani tamu. Mulai dari penggunaan masker dan penutup wajah. Namun belakang dia sadar bahwa itu hal yang paling penting.

"Namanya kebiasaan baru, ya pasti kita sedikit gamang. Khususnya untuk penutup wajah. Tetapi kalau untuk masker tidak ada masalah. Karena kita menjual kopi terbaik. Kopi dengan aroma yang sangat istimewa. Covid tidak dapat menembus masker, tetapi Aroma kopi terbaik dapat menembus masker," ujarnya.

Lelaki yang bernama lengkap Safri Ramadhan Simanungkalit itu mengungkapkan bahwa selama masa pembatasan sosial pengunjung sama sekali tidak ada. Karena masyarakat di daerah Humbang Hasundutan memiliki rasa ketakutan untuk berinteraksi.

Karena itu, tren ngopi di warung juga sangat berkurang. Bahkan, diawal pandemi Safri menuturkan sama sekali tidak memiliki penjualan. Dia menutup gerai kopi yang dimilikinya. "Karena kita semua ketakutan. Awal-awal pandemi, edukasi ke kita tentang pencegahan belum begitu banyak. Selain itu pemahaman kita juga terhadap corona masih sangat sedikit," katanya.

Namun setelah informasi tentang corona terus berkembang, masyarakat juga teredukasi dengan pemberitaan maka ketakutan untuk berinteraksi dan melakukan aktivitas ekonomipun berkuran. Masyarakat mulai belajar beradaptasi. Serta menerapkan protokol kesehatan.

Hingga diberlakukannya kenormalan baru, masyarakat perlahan kembali menjalankan aktifitas sehari-hari. Termasuk Safri yang sudah membuka kembali gerai kopinya. "Kita juga melihat itu dipengunjung. Contohnya pengunjung yang datang juga sudah menggunakan masker. Mencuci tangan dan menjaga jarak," ungkapnya.

Safri menuturkan bahwa masa kenormalan baru dirapkan dapat kembali mendongkrak aktivitas wira usaha yang digelutinya. Karena kontribusi wirausaha seperti coffeeshop terhadap pengembangan ekonomi kerakyatan sangat besar.

"Contohnya, kita membeli kopi dari petani kopi lintong dengan harga yang istimewa, kemudian kita melakukan roasting di tempat yang kita anggap refresentatif. Sehingga jika satu coffee shop tidak beroperasi maka dampaknya besar terhadap petani kopi dan pengolah roaster," ujarnya.

Salah satu pelanggan kopi di Imajinasi Kopi, Tommy Silaban, 38 mengatakan bahwa tradisi nongkrong sambil ngopi selama masa pandemi sangat sulit ditemukan. Padahal, tradisi ngopi adalah budaya interaksi masyarakat.

Selain itu, ngopi juga bagian dari rekreasi untuk menikmati rasa, aroma dan body. "Yah kita bersyukur kenormalan baru sudah mulai diterapkan. Kita berharap pemerintah terus memberikan edukasi dan mendukung pelaku wirausaha untuk bangkit. Karena kontribusi dari wirausaha untuk perekonomian itu sangat besar," ujarnya.

176