Home Ekonomi Ada Wajib Tes PCR Masuk Bali, Ini Kata Pelaku Wisata

Ada Wajib Tes PCR Masuk Bali, Ini Kata Pelaku Wisata

Denpasar, Gatra.com - Adanya kewajiban tes swab PCR (Polymerase Chain Reaction) bagi wisatawan yang akan masuk ke Bali diperkirakan akan menimbulkan kerugian hingga milyaran rupiah. Hal ini dikarenakan adanya banyak pembatalan baik tiket penerbangan maupun pemesanan hotel di Bali.

Menangapi hal tersebut, Ketua Indonesia Food n Beverage Executive Assosiation (IFBEC), Ketut Darmayasa, menyatakan SE Gubernur No 2021 tahun 2020 merugikan bagi perekonomian di Bali. Seperti halnya terlihat pada data yang sering tampil di media terkait adanya pembatalan 133.000 tiket kunjungan ke Bali, refund tiket mencapai Rp.317 m belum lagi hotel dan usaha makanan dan minuman.

"Bisa dikatakan sangat luar biasa berdampak pada perekonomian masyarakat terutama para pelaku pariwisata dan pendukung pariwisata lainnya. ika dilihat sudah hampir 10 bulan hidup dengan ketidakpastian bahkan ada sampai tidak memiliki pekerjaan," kata Ketut Darmayasa.

"Jika dilihat dari sisi Industri terutama makanan dan minuman, potensi kerugian meskipun belum dihitung namun sudah bisa dibayangkan bahwa kerugiannya sangat besar," jelasnya.

Saat ini beberapa hotel telah buka dengan protokol kesehatan dengan pembuktian tersertifikasi CHSE dan verifikasi dari Dinas Pariwisata. Begitu juga hotel yang  akan buka sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut datangnya musim liburan.

"Ini bisa dikatakan kesempatan emas buat mereka untuk mencari revenue buat usahanya dan penghasilan keluarganya,kerugian yang sudah bisa terlihat dalam persiapan tesebut meliputi biaya dekorasi, entertainment, tiket, pembuatan market list untuk makanan dan minuman yang sudah terlanjur diproses," bebernya

Ketut menyatakan anggota IFBEC-Bali pada dasarnya kurang setuju dengan kebijakan tersebut apalagi sifatnya sangat mendadak ditengah mereka sedang dalam persiapan perayaan.

"Memang sangat dilema antara kesehatan dan ekonomi, semoga ada perkembangan baru dari SE tersebut," sebutnya.

Menurut Ketut. ada beberapa masukan yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan seperti merelokasi atau pengalihan beberapa anggaran dana hibah atau dana program branding pariwisata masing-masing kabupaten/kota se-Bali bisa dialihkan untuk rapid antigen kepada calon pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke Bali. Atau mungkin bisa program CHSE pengontrolannya diperketat dengan menerjunkan aparat dan melibatkan dessa Adat atau mungkin ada strategi lain .

"Kami semua menyadari bahwa Bali memang sebagai percontohan dan citra positifnya harus dijaga. Bali harus sehat dan pariwisata harus kuat, Mengelola covid memang harus dengan kehati-hatian, salah melangkah maka dampaknya akan lebih besar lagi. Namun segala keputusan yang berdampak kepada masyarakat luas harus diperhitungkan jauh sebelumnya juga," paparnya.

 

114