Home Ekonomi Petani Kopi Terapkan Pola Konservasi Merawat Bumi

Petani Kopi Terapkan Pola Konservasi Merawat Bumi

Jakarta, Gatra.com - Seratusan lebih petani dari 4 daerah, yakni Jempanang, Badung-Bali; Wonosobo, Jawa Tengah; Pandaan, Jawa Timur; dan Tanggamus, Bandar Lampung; bersemangat membudidayakan dan memproduksi kopi. Terlebih kopi tersebut sudah mempunyai merek dagang Kopi Tirto.

Petani kopi dari Jempanang, I Ketut Kartika Yasa, dalam webinar bertajul "Kopi Tirto: Secangkir Kopi Merawat Bumi" pada Jumat (18/12), menyampaikan, tertarik membudidayakan dan memproduksi kopi tersebut karena menerapkan pola konservasi dan kelestarian alam.

Ketertarikan Yasa dan sejumlah anak muda di daerahnya, berawal dari adanya permintaan untuk memproduksi kopi organik yang saat ini tengah menjadi tren. Pihak pasar pun mengecek kebun kopi dan cara berkebunnya untuk memastikan bahwa budidaya kopi dilakukan secara organik.

Ia mengungkapkan, warga Jempanang yang sudah turun temurun menanam kopi, telah merasakan manfaat sejak mendapatkan pelatihan tentang budidaya kopi dan konservasi.

"Dengan pendampingan dari Danone-Aqua, kami berharap bisa menghasilkan kopi dengan kualitas yang baik dan diminati oleh para penikmat kopi Tanah Air," ujarnya.

Menurutnya, sejak mengikuti program tersebut pada tahun 2019, petani kopi di Badung, Bali, mulai merasakan manfaat dari segi peningkatan penghasilan. "Kami juga tidak khawatir lagi dengan kekeringan karena tanaman kopi itu juga mampu menyerap atau menampung debit-debit air hujan. Karena air yang diserap nanti akan mengalir ke sungai-sungai," ungkapnya.

Agriculture and Economic Development Manager Danone Indonesia, Budi Rahardjo, menjelaskan, ?Kopi Tirto merupakan merek dagang dari kopi yang dibudidayakan dengan kaidah konservasi di berbagai daerah tangkapan air (catchment area) dengan ketinggian 400-1400 Dpl.

Merek kopi tersebut lahir dari kolaborasi Danone-Aqua dengan Yayasan Nirudaya, sebuah organisasi nirlaba. Budidaya Kopi Tirto telah melibatkan lebih dari 120 petani dampingan yang tersebar di wilayah Jempanang, Wonosobo, Pandaan, dan Tanggamus. Saat ini, produk Kopi Tirto sudah tersedia di pasaran untuk dinikmati para penikmat kopi Tanah Air.

Keunikan Kopi Tirto adalah dari sisi budidayanya, yakni dilakukan dengan sistem agroforestri ramah lingkungan yang dilengkapi dengan pembuatan rorak. Sistem ini mampu membantu mengurangi air hujan langsung mengalir ke permukaan yang lebih rendah dan mengoptimalkan peresapan air hujan ke dalam tanah, sehingga turut berkontribusi terhadap konservasi air.

Para petani menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan sistem ini. Oleh karena itu, mereka diberikan pelatihan-pelatihan tentang budidaya kopi dan penanganan pascapanen agar dapat menghasilkan biji kopi dengan kualitas prima.

Dari sisi pelatihan budidaya, Danone-Aqua bekerja sama dengan berbagai mitra lainnya untuk melakukan pendampingan kepada para petani agar mereka dapat membudidayakan kopi sesuai dengan kaidah konservasi.

Sedangkan pihak Nirudaya, memastikan pemasaran dari hasil panen kopi yang dihasilkan, sekaligus memberikan pendampingan kepada para petani tentang pengolahan yang baik pascapanen. Selain itu, Nirudaya pun mengadakan pelatihan pengolahan biji kopi untuk menghasilkan minuman kopi yang digemari oleh konsumen.

kopi sebagai bagian dari tradisi masyarakat Indonesia perlu diperhatikan, mulai dari lingkungan tumbuhnya hingga kesejahteraan petaninya.

"Selain untuk memberikan kesejahteraan kepada petani, tujuan yang tidak kalah pentingnya dari inisiatif Danone-Aqua bersama Nirudaya ini adalah untuk bersama menjaga kualitas dan kuantitas air serta keberlanjutan lingkungan," ujarnya.

Untuk itu, dibutuhkan pemahaman dari para mitra petani melalui berbagai pembekalan untuk dapat menerapkan sistem pertanian kopi yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan visi Danone “One Planet. One Health”.

"Kami percaya bahwa kesehatan dan keberlanjutan lingkungan adalah hal yang saling berhubungan," ujar Budi.

Ketua Dewan Pengurus Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), Irvan Helmi, menjelaskan bahwa dalam industri kopi yang semakin berkembang, terdapat hal-hal yang juga perlu diingat dan harus berjalan beriringan dengan kemajuan industri tersebut.

Pertama, adalah memberdayakan dan menciptakan kesempatan dari sisi ekonomi untuk para petani, memperkuat keamanan pangan, dan juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan,” jelas Irvan.

Semangat Kopi Tirto diharapkan dapat sejalan dengan para penggiat Organisasi Kopi Internasional Milan yang menjadikan tanggal 1 Oktober 2015 sebagai Hari Kopi Internasional. Pada momen tersebut dikampanyekan tentang perdagangan kopi yang adil serta kesejahteraan para petani kopi.

Executive Director Yayasan Nirudaya, Martin Kreshna, berharap kemitraan dengan Danone-Aqua mendorong terwujudnya perdagangan kopi yang adil bagi petani dan lingkungan. Pihaknya menyambut baik inisiatif Danone-Aqua dalam melakukan pendampingan budidaya Kopi Tirto di berbagai area tangkapan air.

"Di sisi lain, kami berupaya untuk memasarkan kopi ini agar pendapatan petani meningkat," ujar Martin.

Dia menambahkan bahwa Nirudaya mengajak partisipasi masyarakat dengan melibatkan anak muda desa untuk mau terjun ke usaha kopi. Salah satunya, dengan melakukan pelatihan tentang standardisasi kualitas kopi dan roasting, serta pemasaran kopi.

"Harapan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan nilai tambah kopi konservasi dan adanya regenerasi profesi petani kopi. Peserta dari pelatihan itu hampir semuanya adalah anak muda di Desa Mlandi, Wonosobo," ungkapnya.

Kolaborasi Danone-Aqua dengan Nirudaya ini merupakan wujud dari aspirasi para petani mengenai ketersediaan pasar untuk hasil panen mereka. Kesimpulan yang didapatkan dari penelusuran itu, adalah konservasi akan dilakukan ketika kebutuhan ekonomi tercukupi dan sebaliknya, ekonomi tanpa konservasi juga akan sia-sia karena tidak ada keberlanjutan.

"Kami yakin kopi konservasi seperti Kopi Tirto akan diminati pasar ditengah semakin tingginya perhatian konsumen terhadap lingkungan," jelas Martin.

357