Home Kebencanaan Renungan Satu Tahun Pandemi Corona

Renungan Satu Tahun Pandemi Corona

Renungan Satu Tahun Pandemi Corona

Oleh: Wibisono*

 

"Dalam menghadapi wabah ini, kita harus mengubah pola pikir yaitu selalu berpikir positif dan selalu bersyukur pada Allah SWT".

 

Saat ini kita telah dihadapkan dengan wabah virus Covid-19 atau dikenal dengan pandemi virus corona. Tak disadari ternyata sudah satu tahun kita menjalani kehidupan yang berdampingan dengan virus. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah virus ini sebagai pandemi yang menjadi masalah global.

Pemerintah Indonesia pun menetapkan virus Covid-19 menjadi Bencana Nasional. Virus jenis baru ini mewabah mulai akhir tahun lalu di Wuhan, Cina, kini telah menyebar ke hampir 152 negara di dunia.

Sedangkan di Indonesia mengutip data terakhir per 20 Desember 2020 akumulatifnya terdapat 664.930 orang terkonfirmasi positif Covid-19, dengan angka penambahan kasus 5.551 orang. Jadi sampai saat ini, total akumulatifnya 541.811 pasien Covid-19 sembuh dan sudah dinyatakan negatif. Sementara itu, kasus meninggal dunia bertambah 221 orang. Total akumulatifnya hingga saat ini ada 19.880 pasien Covid-19 meninggal dunia di Indonesia.

Masifnya penyebaran virus ini menyebabkan beberapa negara atau wilayah melakukan lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran virus, hingga saat ini ditemukan fase gelombang kedua Covid-19 dan beberapa negara Eropa melakukan lockdown kembali.

Kasus wabah corona ini adalah bagian dari bencana non alam. Dalam perspektif ajaran Islam, bencana dapat dimaknai sebagai musibah yang bisa menimpa siapa saja, kapan dan di mana saja. Musibah adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

Musibah atau bencana adalah hal niscaya yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana, apapun bentuknya, sesungguhnya merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada manusia. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri.

Ketauhidan seorang mukmin akan menjadi bukti di mana berbagai peristiwa yang menimpa manusia bukanlah persoalan atau masalah, karena manusia hidup pasti akan diuji dengan berbagai persoalan. Peristiwa yang merupakan musibah merupakan takdir Allah. Takdir di sini dimaknai dengan sebuah ketetapan dan ketentuan Allah yang telah terjadi di hadapan kita. Hanya Allah saja yang mengetahui ketetapan dan ketentuan-Nya.

Manusia hanya dapat mengetahuinya ketika ketetapan dan ketentuan tersebut terjadi. Adapun ketika ketetapan dan ketentuan yang akan terjadi pada manusia juga tidak mengetahuinya, hanya Allah saja yang 'Maha Tahu'. Dengan demikian, manusia wajib memohon kepada Allah dan berusaha untuk menyikapinya dengan penuh kesabaran dalam rangka merubah keadaan yang dihadapinya menjadi lebih baik.

Kasus virus corona yang kita hadapi saat ini merupakan bagian dari bencana non alam yang berupa epidemi atau wabah. Epidemi adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sebagai bagian dari bencana, maka kasus virus corona ini harus disikapi secara cepat dan tepat.

Dalam menghadapi wabah ini, kita harus mengubah pola pikir yaitu selalu berpikir positif dan selalu bersyukur pada Allah SWT. Kita harus bersyukur apalagi bila tinggal di rumah yang nyaman dipenuhi dengan makanan yang cukup, fasilitas hiburan yang ada. Berhentilah mengatakan bosan dan jenuh, bayangkan sebagian orang yang masih bekerja di luar untuk memenuhi kebutuhannya, dan berjuang mendapatkan kebutuhan hidup sehari hari.

Orang yang terkena Covid-19 atau orang yang sedang dirawat di rumah sakit saat inipun berjuang dengan maut dan selayaknya kita harus bersyukur masih diberi kesempatan hidup sehat. Berhentilah menganggap diri kita yang paling sehat dan tidak takut dengan virus ini, dan berlaku sombong serta yakin tidak akan terdampak Covid-19 karena merasa masih muda dan sehat.

Dan jangan juga merasa paling beriman dan tidak takut mati karena itu 'takdir' yakin umur di tangan Tuhan. Tapi tahukah kita kalau Allah sudah mengingatkan kita harus menghindar dari wabah dan ini bukan berarti kita takut.

Jadi bersyukurlah kita pada Allah, jika kita harus tinggal di rumah, karena terlepas dari segalanya, dengan kondisi susah atau senang dengan pekerjaan atau tanpa pekerjaan, kita berada di rumah merupakan hal yang terbaik.

Jadikan kejadian ini sebagai bahan renungan dan evaluasi diri, apakah kita sudah peduli dengan sesama, apakah kita sudah peduli dengan keluarga dan apakah kita sudah taat sama Allah serta patut kita bersyukur bahwa Allah masih memberi kita kesehatan, umur yang panjang dan bisa berbuat manfaat buat orang banyak. Marilah kita selalu bersyukur apa yang kita terima karena bersyukur itu menambah nikmat.

Di dalam hidup, tidak semua yang kita inginkan akan terwujud. Begitu pula dengan semua yang kita takutan akan terjadi. Belajar bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki, jangan hanya berusaha keras agar semua yang kita inginkan terwujud tanpa mensyukuri apa yang menjadi milik kita.

Dan satu hal, semua yang kita takutkan belum tentu terjadi, hingga kita harus bisa lebih yakin dan lebih percaya lagi. Selama apa yang kita lakukan dalam kebenaran maka tidak perlu takut untuk melangkah. Cukuplah Allah yang menjadi penilai kita, jangan hanya menghitung apa saja yang belum terwujud. Jangan hanya berfokus pada semua hal yang kamu inginkan.

Di dalam hidup yang terpenting adalah menghargai apa yang sudah dicapai dan mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Karena hidup bukan hanya tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, akan tetapi tentang mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Sehingga tidak hanya mengejar target agar bagaimana semua yang kita inginkan tercapai.

Hidup itu bukan tentang mendapatkan semua yang kita inginkan. Hidup itu bukan tentang mewujudkan semua kita inginkan akan tetapi lebih kepada mensyukuri dan menghargai apapun yang sudah kita miliki.

*Penulis Pengamat Kebijakan Publik

5451