Home Gaya Hidup Komunitas Tuna Rungu Temanggung Dilatih Seni Stensil

Komunitas Tuna Rungu Temanggung Dilatih Seni Stensil

Temanggung, Gatra.com - Para disabilitas tuli di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang tergabung dalam Komunitas Tuli Temanggung Bersenyum mendapat pelatihan seni stensil. Dari pelatihan yang digagas oleh sejumlah seniman yang tergabung dalam Graphic Victims Yogyakarta ini diharapkan mampu mendorong penyandang tuli untuk berkesenian.
 
Koordinatir Graphic Victims, yang juga seorang seniman grafis kenamaan Indonesia, Digie Sigit mengatakan, seni stensil merupakan salah satu teknik dalam seni grafis, yang merupakan bagian atau varian dari seni rupa. Ia berharap melalui pelatihan, disabilitas tuli bisa mengambil manfaat dari pengalaman estetika ini. Sigit sendiri karyanya telah mendunia, bahkan ada karyanya yang dijadikan prangko di negara Austria.
 
"Biasanya kita kenal hanya dua, yaitu seni lukis dan patung tetapi sebenarnya ada satu lagi seni grafis atau seni cetak, salah satu tekniknya dengan stensil ini. Kami berharap nantinya teman-teman sahabat tuli bisa mengambil manfaat dari pengalaman estetika ini. Setidaknya untuk dijadikan bahan membangun semangat bersama," ujarnya ditemui di Sekretariat Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI),Temanggung, Minggu (27/12).
 
Menurut Sigit pemberian pelatihan itu merupakan salah satu bentuk tanggungjawab moral seniman untuk membagikan ilmunya kepada masyarakat luas. Ia berharap ke depan generasi penerus Indonesia bisa hidup lebih baik. Melalui pelatihan ini membuktikan bahwa para penyandang tuli pun bisa berkarya dan yang membedakan hanya perbedaan metode komunikasi saja.
 
Dikatakan, dalam pelatihan seni stensil para peserta harus membuat cetakan dari kertas dengan cara melubangi kertas sesuai gambar yang diinginkan. Lalu cetakan itu ditempelkan pada kanvas dan kemudian disemprot menggunakan cat warna warni.
 
"Seni stensil ini cukup sederhana dan bisa menyadarkan kita kalau membuat karya tidak sesulit yang dibayangkan dan ini bagian kita mendekatkan aktivitas kesenian ke publik. Saya merasa bersyukur bisa bertemu dengan sahabat tuli Temanggung karena ada satu garis merah yang yaitu bahasa visual. Karena apapun disiplin ilmunya memiliki benang merah," katanya.
 
Pada kegiatan kali ini juga disokong oleh Komunitas Kampung Dongeng Temanggung yang menceritakan tentang kerajaan Mataram. Agar dimengerti oleh penyandang tuli ada penerjemah bahasa isyarat. Program mandiri ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh komunitas lain sebagai bagian dari membangun Indonesia agar lebih baik dan lebih maju.  
 
Ketua Komunitas Tuli Temanggung Bersenyum Dwi Kusuma (24) Wirawan dalam bahasa isyarat yang diterjemahkan seorang penerjemah bernama Susi (35) mengaku sangat senang dan berterimakasih atas pelatihan seni stensil ini. Lantaran, dengan pelatihan ini mereka mendapatkan ilmu baru.
 
"Kami merasa senang ada kesempatan pelatihan ini bersama dengan komunitas Kampung Dongeng dan Graphic Victims yang telah mengajak teman-teman tuli Temanggung untuk mendapatkan ilmu baru. Kami berharap teman-teman tuli yang lain bisa mendapatkan pelatihan yang sama," katanya.
733

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR