Home Info Sawit Trio Boven Digoel Menembus Yogya

Trio Boven Digoel Menembus Yogya

Yogyakarta, Gatra.com – Tiga lelaki itu tak berhenti menengok tiap sudut bandara di terminal 2E Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng Provinsi Banten, dua bulan lalu.

Baru beberapa menit lalu, Antonius Aute, Juventus Kemboy dan Simon Gembenof keluar dari perut Batik Air yang mengusung mereka dari Merauke setelah sebelumnya transit di Makassar. Antonius dan Juventus seumuran; 19 tahun. Sementara Simon lebih tua setahun.

Ketiganya adalah mahasiswa beasiswa Taruna Sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) asal Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua yang akan kuliah di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY).

AKPY sendiri adalah sister company dari Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta. Kampus ini didirikan khusus untuk pelatihan, asesmen dan pendidikan program vokasi calon mandor, operator dan krani kebun dengan level Ahli Pratama (D1).

“Baru pertama kami kami sampai ke Jakarta, meski belum sampai menginjakkan kaki di kota, kami sudah bangga rasanya,” cerita Antonius sambil tertawa saat berbincang dengan Gatra.com di kantin kampus Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) di kawasan jalan Petung, Papringan, Caturtunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Mei 2020, adalah karyawan Korindo, perusahaan kelapa sawit di Boven Digoel menyodori Antonius yang orang Desa Subur Distrik Subur itu ikut beasiswa kelapa sawit. Simon, kakak tertua jebolan SMK Negeri 1 Subur ini juga menawarkan, kebetulan Simon bekerja di koperasi plasma perusahaan tadi.

Di Desa Butiptiri dan Desa Getentiri Distrik Jair, Simon dan Juventus juga kebagian tawaran yang sama. Kebetulan orang tua Simon, Daud Gembenof dan orang tua Juventus, Agustinus Berabu adalah petani plasma Korindo.

Tak mudah bagi ketiga lelaki ini untuk datang ke kantor perusahaan demi mengumpulkan berkas persyaratan hingga mengikuti sederet ujian.

Antonius sendiri harus menghilir Sungai Digul pakai speedboat lebih dari satu jam. Simon lebih jauh lagi, 2,5 jam.

“Di kampung kami susah sinyal. Listrik juga kadang hidup. Itulah makanya kami bolak-balik ke Korindo. Untunglah perusahaan mau membantu kami sampai proses seleksi selesai dan puji tuhan kami bertiga lulus,” cerita Simon.

Kini, meski harus kuliah di masa pandemi, ketiganya sudah bertekad untuk segera menyelesaikan kuliah, biar bisa segera kembali ke kampung halaman.

"Bisa jadi nanti kami akan kerja, atau mengurus kebun orang tua,” ujar Antonius.


Abdul Aziz

 

47