Home Kebencanaan Belajar Daring Berlanjut, Ini Kata Psikologi

Belajar Daring Berlanjut, Ini Kata Psikologi

Labuhanbatu, Gatra.com - Belajar dengan tidak bertatap muka untuk semester genap tahun ajaran 2020/2021 tingkat PAUD, TK, SD dan SMP di Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terus berlanjut.

Tentunya, belajar secara daring yang merupakan kebijakan pemerintah ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Ada sebagian orang tua yang menyepakati, namun sebagiannya meminta agar proses belajar mengajar dilakukan tetap tatap muka dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Terlepas dari itu, menurut Pendiri Rumah Psikologi dan Konseling Sekar Tawang Labuhanbatu, Reni Kartika Ningsih, Senin (4/1), semua yang terlibat harus memberikan satu pemahaman terbaru berkaitan dengan keberlangsungan proses belajar dan mengajar via media jaringan tersebut.

Menurut sosok pegiat sosial dan juga seorang Dosen di Universitas Labuhanbatu, ada beberapa hal mendasar yang harus dilakukan oleh para satuan pendidikan, dinas terkait maupun orang tua agar proses pembelajaran dapat dimengerti dan dipahami anak, khususnya siswa di bawah kelas 3 SD.

Berbicara dampak psikologis terhadap anak, Reni mengakui kememungkinan dampak dari belajar daring. Kebiasaan pelajar selama ini sering bertatap muka, kini tidak lagi, dimana selama ini mereka disiplin dengan waktu, saat ini mungkin berkurang. "Dampak pasti ada, karena sosialnya kurang dapat," ujar Reni.

Reni berujar, ada beberapa formula yang sebaiknya dilakukan, seperti pihak sekolah mengundang para orang tua guna memberikan ilmu pola dasar sistem pembelajaran terhadap anaknya saat di rumah, mengeluarkan kartu kontrol anak selama masa belajar di rumah.

"Artinya, paling tidak hal mendasar bagaimana cara mengajari, dipahami para orang tua. Kartu kontrol akan bermanfaat mengetahui apa saja tindakan anak selama di rumah, sehingga guru paham perkembangannya," ujarnya.

Selain itu, dinas terkait atau satuan pendidikan yang ada, melakukan kerjasama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam hal perbantuan pembelajaran.

Orang tua murid, juga mau tidak mau harus mengubah pola kesehariannya di rumah. Apalagi bagi anak di bawah kelas 3 sekolah dasar, biasanya akan menirukan apa yang dilakukan orangtuanya.

"Kalau selama ini sering cakap keras, ya dirubah selembut mungkin, tunjukkan sikap-sikap yang baik. Karena anak diusia itu, selalu melihat apa yang dilakukan orangtuanya. Jadi, semua harus turun tangan, sekolah, dinas, orang tua dan juga masyarakat," pesan Reni.

Dipenghujung bincang-bincang, kembali Reni mengutarakan bahwa perlunya diundang orang tua untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang sudah dilakukan, menampung aspirasi, mengevaluasi sistem pendidikan daring antara visual, audio dan praktek serta perlunya dibentuk tim evaluasi sistem pendidikan.

269