Home Ekonomi Secercah Senyum Sumringah Penyuling Serai Wangi Saat Wabah

Secercah Senyum Sumringah Penyuling Serai Wangi Saat Wabah

Labuhanbatu Utara, Gatra.com- Sejumlah warga di Desa Damuli, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Provinsi Sumatera Utara (Sumut), memiliki usaha dadakan yang dilakoni sekitar 7 bulan lalu. Mereka menjadi perajin minyak atsiri serai wangi. Usaha yang cukup menjanjikan dengan pemasukan hingga Rp12,5 juta per hari. Masih ada senyum sumringah di tengah wabah.

Kondisi sebaran pandemi Covid-19 yang kala itu mulai dirasakan dampaknya, membuat sekelompok petani berfikir sebaliknya. Tidak membuat mereka lemah, bahkan menjadi pemicu semangat merubah ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Dimulai pembentukan kelompok tani bernama Bersama, sekitar 10 warga memulainya dengan menanam serai wangi. Dalam benak mereka, sekitar 6 bulan ke depan, tanaman akan dapat dipanen dan disuling untuk mengambil minyaknya.

Ternyata benar, rebusan batang tanaman rumput tersebut, menghasilkan minyak Atsiri yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Keberhasilan itu, diakui tidak diperoleh dengan mudah, diperlukan keyakinan dan keuletan dalam bekerjasama.

Misalnya A Yaluad (47) salah seorang pengelola sulingan minyak serai wangi peserta kelompok tani Bersama Damuli, Selasa (5/1) menceritakan, saat ini terdapat lahan sekitar 7 hektare layak panen hasil pengelolaan dia dengan Heru Pandiga (33), Dodo (36) dan rekan lainnya.

Tanaman sekitar tujuh bulan lalu itupun, secara bertahap telah disuling sebagian. "Sudah sekitar dua bulan inilah dipanen untuk disuling minyaknya, hasilnya alhamdulillah. Hitungannya, sehari menghasilkan sekitar 5 liter, sesuai ketersediaan alat,"  terangnya.

Dari hasil amatan petani penyuling minyak serai wangi itu, perkiraan setiap hektarnya akan diperoleh sekitar 15.000 rumpun/tumpukan. Dari setiap 30 rumpunnya, akan direbus ke dalam wadah hasil rakitan. Setiap rebusan dengan waktu hampir 1 jam, akan menghasilkan minyak Atsiri 0,8 liter.

Usaha yang dilakoni mereka pasca sebaran pandemi Covid-19 tersebutpun, wajar jika menghasilkan. Seperti yang telah laku terjual, untuk ukuran terkecil 10 mililiter, dibanderol dikisaran Rp10.000 hingga Rp25.000 per botol. Berarti satu liter mereka meraup duit Rp1 juta hingga Rp2,5 juta. Dengan 5 liter sehari mereka meraup Rp5 juta hingga Rp12,5 juta. Harga yang dipatok juga dikarenakan minyak olahan mereka dapat dikatakan murni/asli serta terdaftar dan memiliki izin.

Laris manisnya minyak olahan petani di Desa Damuli, disebabkan memiliki berbagai manfaat seperti melindungi bayi dari gigitan nyamuk, menghilangkan gatal dikulit, meredakan nyeri otot/pegal linu, menyembuhkan masuk angin/kembung untuk anak dan orang dewasa.

"Juga sebagai aroma terapi untuk meredakan rasa cemas, hangatnya bertahan lama serta baik digunakan oleh anak-anak dan tahan lama. Kita memiliki legalitas, asli atau murni. Makanya kita banderol dikisaran angka sebegitu," papar A Yaluad.

651

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR