Home Politik BIN: GeNose Tingkatkan Percaya Diri Peneliti Indonesia

BIN: GeNose Tingkatkan Percaya Diri Peneliti Indonesia

Jakarta, Gatra.com – Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini meluncurkan alat inovasi terbaru dalam screening Covid-19 bernama GeNose atau Gadjah Mada Electronic Nose. Lewat embusan napas, GeNose mampu mendeteksi dan mendiagnosis seseorang terinfeksi Covid-19. Aplikasinya terhubung dengan sistem cloud computing untuk mendapatkan hasil diagnosis real time.

GeNose kini menjadi buah perbincangan karena menjadi metode alternatif pengecekan rapid test. Alat ini diklaim mampu melakukan pemeriksaan 120 kali per hari dengan estimasi pemeriksaan 2-3 menit dan efektivitas kerja selama 6 jam. Kini alat yang dikembangkan oleh Prof. Kuwat Triyana bersama jajaran staf pengajar UGM itu sudah melewati uji diagnostik dan mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan dengan nomor AKD 20401022883.

Keberhasilan inovasi anak bangsa itu tidak terlepas dari peran dari pemerintah khususnya Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kemenristek/BRIN. Kedua lembaga ini berperan dalam memberikan dukungan pendanaan kolaboratif ke kampus-kampus yang punya fokus penelitian di bidang penanganan Covid-19.

Deputi VII Bidang Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Hari Purwanto, menyatakan pihaknya mendukung kerja sama triple-helix antara pemerintah, peneliti dan industri yang menunjukkan kemajuan ekosistem inovasi teknologi di tanah air. “Hal ini menjadi evidence [bukti] bahwa semua pihak berkolaborasi untuk bahu membahu, bekerja sama mengakhiri pandemi Covid-19,” ujar Wawan dalam keterangannya kepada Gatra.com, Jumat (8/1).

Temuan GeNose menurutnya menjadi terobosan besar yang dicapai bangsa Indonesia dalam penanganan Covid-19. Mantan Gubernur STIN itu menyebutkan GeNose melengkapi berbagai temuan ilmuwan Indonesia lainnya seperti ventilator, robot sterilisasi ruangan, alat tes antigen, dan pengembangan vaksin Merah Putih. “Keberhasilan penemuan GeNose dapat meningkatkan kepercayaan diri para peneliti Indonesia untuk terus melakukan pengembangan riset terkait penanganan Covid-19,” kata Wawan.

Terlebih alat tersebut memiliki keunggulan yakni terhitung ekonomis karena hanya dipatok dengan biaya Rp15 ribu-25 ribu dan hasil tes dapat diketahui selama 2 menit. Biaya tes yang terjangkau dengan tingkat akurasi tinggi, menjadikan alat ini penting untuk diperkenalkan secara luas. “Dengan harga yang relatif murah dan hasil tes yang relatif singkat, tentunya GeNose dapat menjadi alat deteksi yang sangat bermanfaat dalam mengatasi pandemi Covid-19”.

BIN menurutnya akan terus memacu kemunculan inovasi seperti GeNose yang manfaatnya langsung bisa diterapkan di masyarakat. Lembaga telik sandi itu, terang Wawan, akan berupaya memfasilitasi pemenuhan kebutuhan alat riset anak bangsa terutama yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 lewat kerja senyapnya.

“Alat ini perlu disambut baik oleh seluruh elemen masyarakat sebagai inovasi anak bangsa dalam mendeteksi virus corona, dengan cara sederhana dan efisien. BIN berperan sejak awal untuk menginisiasi dan memberikan bantuan pendanaan dalam penelitian bekerja sama dengan Kemenristek/BRIN dan UGM,” ujarnya.

Ia berharap dengan pengembangan berikutnya GeNose dapat ditingkatkan menjadi alat diagnostik Covid-19 setara Swab PCR. “Hadirnya GeNose akan menjadi penyeimbang, agar ada cara lain selain rapid test untuk mendeteksi cepat keberadaan virus. Saat ini GeNose memang belum setara dengan Swab PCR. Namun demikian, GeNose akan terus dikembangkan agar ke depannya bisa menjadi setara dengan Swab PCR,” pungkas Jubir Kepala BIN itu.

323