Home Ekonomi Bisnis Sarung Kasur Bangkit Pasca Dihantam Wabah Covid-19

Bisnis Sarung Kasur Bangkit Pasca Dihantam Wabah Covid-19

Karawang, Gatra.com - Munculnya wabah Covid-19 menghantam banyak bisnis, termasuk usaha sarung kasur milik Muswadi (40 tahun). Sarung kasur produksinya menyasar pasar grosir. Para pelanggannya adalah toko-toko penjualan kasur. Penjualan dilakukan secara offline dan hanya menyasar area Karawang, Jawa Barat.

Gara-gara pandemi ini, omzet bisnis skala rumahan ini anjlok nyaris 50%.

“Awalnya, kami memasok seminggu tiga kali, sekarang seminggu sekali. Itu pun kuantitasnya berkurang. Tadinya sekali kirim 300 lembar, semenjak Covid-19 jadi 150 saja,” katanya kepada Gatra.com, Minggu (17/1).

Karena orderan sepi, beberapa karyawannya sempat menganggur. Dari 8 penjahit yang ia pekerjakan, kini hanya tersisa 4 orang.

Tak hilang akal, Muswadi mencoba bangkit dengan alih strategi. Ia menjajal penjualan daring atau online untuk menyasar market ritel atau pembeli eceran. Agustus 2020, bisnis Muswadi pun go online. Ia membuka toko daring di tiga marketplace.

Namun, di platform online itu Muswadi menemukan banyak sekali penjual sarung kasur. Kompetitornya banyak, dengan harga lebih murah bila dibandingkan produk-produknya. Ia sempat tidak percaya diri ada yang membeli produknya.

“Harga produk kita antara Rp120.000-Rp350.000, tergantung ukuran, model kasur dan bahannya. sementara kompetitor pasang harga Rp100.000-Rp150.000,” ia memaparkan.

Lalu, seorang temannya menyarankan agar Muswadi menyasar pasar premium. Ia mendaftarkan merek Kiano untuk produk sarung kasur yang awalnya dijual tanpa merek. Pembeda lain adalah kualitas bahan premium.

“Jadi, harga kita memang lebih tinggi karena menjaga kualitas dan kita punya branding,” ia bercerita.

Alih strategi ala Muswadi ternyata berhasil. Bisnisnya tidak cuma bertahan di masa pandemi, tetapi juga meraup untung. Lewat berjualan daring, pangsa pasarnya juga tak cuma Kawarang.

Kata Muswadi, secara kuantitas memang masih lebih besar untuk memasak pelanggan grosir. Namun dari sisi harga, nilai penjualan ke pengguna akhir (end user) lebih menarik karena tanpa perantara.

“Omzet kita naik 20% lewat jualan online. Pembeli juga dari seluruh Indonesia,” ujarnya.

339