Home Ekonomi Ekspor SBW Berpotensi Mampu Beri Devisa Besar

Ekspor SBW Berpotensi Mampu Beri Devisa Besar

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI), Boedi Mranata mengatakan, ekspor sarang burung walet (SBW) berpotensi meningkat tajam serta mampu memberi devisa negara yang cukup besar. Pasalnya, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan regulasi eksportir terdaftar sarang burung walet (ET-SBW) ke semua negara.

Menurutnya, Cina menjadi salah satu importir terbesar SBW dengan total 262 ton per tahun 2020 dengan harga rata-rata Rp25 juta per kilogram. Sedangkan untuk ke negara lain yang belum diberlakukan Eksportir Terdaftar, nilai harga ekspornya rata-rata lebih rendah hingga hanya Rp632 ribu per kilogram.

"Ekspor ke Cina paling jelas regulasinya dibanding negara lain. Ini kalau digali dengan aturan-aturan yang jelas dan diberlakukan Eksportir Terdaftar, kemungkinan nilai harga sarang burung walet yang tercatat bisa meledak dan devisa kita bisa naik," katanya di Jakarta, Kamis (21/1).

Boedi menilai, sejak dulu SBW Indonesia memang sudah menjadi incaran negara-negara lain khusunya Cina. Terlebih dengan keterbukaan globalisasi sekarang ini menjadikan SBW sebagai salah satu andalan bagi devisa di sektor pertanian.

"Saya kira dengan evaluasi, mana yang mesti diperbaiki dalam ekspor sarang walet, serta kita mampu membuat diversifikasi produk nilai tambahnya (added value) seperti minuman dalam botol, aneka makanan dari walet, kosmetik, obat obatan,dll maka jika produk ini diekspor, saya yakin devisanya akan berlipat-lipat," tandasnya. 

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo juga menyebut potensi ekspor SBW masih akan terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Lantaran, sarang burung walet dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan.

"Dari data pada IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan) tercatat bahwa selama masa pandemi COVID-19 saja, di tahun 2020 jumlah ekspor sarang burung walet tercatat sebanyak 1.155 ton dengan nilai Rp28,9 triliun," katanya.

SYL menambahkan, jumlah itu meningkat 2,13% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya sebanyak 1.131 ton atau senilai Rp28,3 triliun. Selain itu, SBW dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut dan sungai sebagai penghasil pakan walet alami.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementan, Ali Jamil mengatakan pihaknya telah memiliki laboratorium pengujian yang telah diakui oleh negara mitra dagang. Selain percepatan layanan, pihaknya juga terus melakukan inovasi teknologi perkarantinaan untuk memfasilitasi pertanian diperdagangan internasional.

Menurutnya, partisipasi dan dukungan dinas pertanian, peternak dan masyarakat dalam menjaga keberlangsungan komoditas sarang burung walet sangat diperlukan. Terlebih lagi setiap negara tujuan memiliki protokol ekspor yang harus dilewati.

"Untuk itu kita harus bersama-sama menjaga serta laporkan jika melalulintaskan unggas khususnya kepada petugas karantina agar sarang burung walet tetap dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional," ucapnya.


 

331