Home Hukum Meningkat, 31 Konflik SDA Mewarnai Riau Tahun 2020

Meningkat, 31 Konflik SDA Mewarnai Riau Tahun 2020

Pekanbaru, Gatra.com - Sebanyak 31 konflik sumber daya alam (SDA) terjadi di Provinsi Riau sepanjang tahun 2020. Demikian hasil monitoring yang dilakukan Scale Up, LSM lingkungan yang fokus mengamati konflik SDA di Riau. 
 
Direktur Scale Up, Rawa El Almady, mengatakan temuan 31 konflik pada tahun 2020 cukup mengagetkan. Pasalnya, kejadian tersebut berlangsung saat pandemi Covid-19 melanda Tanah Air. 
 
"Tahun 2020,tahun pandemi Covid-19, dimana masyarakat dianjurkan untuk bekerja dari rumah dan keluar rumah secara terbatas. Aktivitas protes, demo dan kegiatan yang melibatkan jumlah lebih dari lima orang merupakan aktivitas melanggar prokol kesehatan pencegahan covid 19," urainya kepada Gatra.com melalui keterangan tertulis, Sabtu (23/1). 
 
Ia mengatakan, prokes Covid-19 yang membayangi sepanjang tahun 2020, dengan sendirinya menggiring ekspresi konflik ke media massa. 
 
"Sepanjang tahun di era pademi Covid 19 berita konflik SDA muncul setiap bulannya. Ini barangkali karena warga tidak mungkin mengekspresikan protesnya ke berbagai pihak lantaran  tidak ingin tertular Covid 19 dan melanggar protokol Covid 19," imbuhnya. 
 
Diketahui, 31 konflik yang terjadi pada tahun 2020, melebihi jumlah konflik yang terjadi pada tahun 2009, 2010,dan 2011. Pada saat tersebut jumlah konflik SDA di Riau bekisar 23-24 konflik. 
 
Adapun dari 31 konflik SDA yang melanda Provinsi Riau pada tahun 2020, konflik perkebunan sawit menjadi paling dominan. Tercatat, ada 26 kasus konflik yang berkaitan dengan tanaman komoditas unggulan Indonesia tersebut. Sisanya, konflik di ranah Hutan Tanaman Industri (HTI). 
 
"Berdasarkan sektor konflik, konflik di ranah sawit mencapai 87 persen. Sedangkan yang berkaitan dengan HTI 13 persen," tegas Rawa yang berlatar antropolog ini. 
 
Ditinjau dari sebaran konflik per Kabupaten/Kota, Kabupaten Pelalawan menjadi daerah yang paling banyak diwarnai konflik sepanjang tahun 2020. Terdapat 6 konflik di kabupaten tersebut, lalu sebanyak 5 konflik terpantau di Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar. 
 
Sedangkan konflik di Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis tercatat masing-masing 3 konflik. Adapun Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, dan Kabupaten Kuansing, masing-masing memiliki 2 konflik. Pekanbaru, sebagai ibukota provinsi juga dilanda satu konflik. 
 
"Penyebab muncul konflik, yaitu penyerobotan lahan, ganti rugi, KPPA (Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota), tumpang tindih lahan, dan realisasi kesepakatan. Yang paling dominan adalah penyerobotan lahan," katanya. 
 
Dari segi luasan area, konflik yang terjadi pada tahun 2020 di Riau mencapai lebih kurang 37.146 hektare. Dimana Kabupaten Bengkalis merupakan daerah dengan luasan area konflik paling besar, yakni 10.001 hektare. 
519