Home Gaya Hidup Pandemi Covid-19 Buat Profesi Kehumasan Makin Dibutuhkan

Pandemi Covid-19 Buat Profesi Kehumasan Makin Dibutuhkan

Jakarta, Gatra.com - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Fadel Muhammad berpandangan, di masa pamdemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir setahun ini, ada satu profesi yang justru makin mempunyai peran penting dalam kehidupan profesional. Pekerjaan yang dimaksud Fadel adalah sektor Kehumasan atau Public Relation (PR).

Pria yang juga Founder sekaligus Presiden Komisaris Warta Ekonomi, ini menyatakan, berdasarkan penelitian di tahun 2020, sebanyak 77 persen dari responden merasakan betul bahwa peran PR menjadi semakin penting di saat pandemi ini. Sehingga, dirinya mengimbau unyuk segenap praktisi PR untuk dapat turut mengambil peran lebih besar lagi di masyarakat.

"Salah satunya terkait program vaksinasi yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Peran komujitas PR yang besar di masyarakat, sejatinya dapat ikut membantu pemerintah dalam memerangi pandemi COVID- 19 ini dengan turut mensosialisasikan dan menginformasikan program vaksinasi di tengah-tengah masyarakat," kata Fadel dalam keterangannya, Rabu (27/1)

Sementara itu, pernyataan Fadel diamini oleh Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Agung Laksamana. Saat dirinya menjadi keynote speech pada acara penghargaan Indonesia Public Relation Award (IPRA) 2021: Navigating the Better Future, yang diselenggarakan secara virtual, Agung mengatakan semakin pentingnya peran kehumasan sekaligus dibarengi banyak tantangan.

"Dengan pandemic Covid, semua berhenti, semua stop. Campaign global, tren heboh yang sudah kita siapkan sudah tidak relevan lagi. Di tahun 2021 ini, dunia humas menghadapi bukan satu tantangan, tapi sepuluh tantangan sekaligus. Sepuluh tantangan kompleksitas dunia praktisi humas," jelasnya.

Agung membeberkan, selain dari pandemic COVID itu sendiri, tantangan yang dihadapi PR mencakup disrupsi bisnis, media lansekap yang berubah, adanya fake news dan hoaks, adanya fake influencer dan fake followers, serta keberadaan robot journalism dan artificial intelligence (AI). Selain itu, kondisi yang serba mobile juga menjadi tantangan tersendiri. Ada pula soal informasi yang berlebihan, hingga tingkat perhatian audience yang berkurang.

Oleh karenanya, kita harus beradaptasi dengan strategi-strategi baru untuk melihat platform-platform baru. Ketiga, itu kita harus mahir, kita harus canggih, kita harus expert di dalam bidang kita. Kita juga harus memahami fundamendal dari PR itu sendiri, pungkasnya.

227