Home Info Satgas Covid-19 Perpanjangan PPKM Mestinya Bisa Menurunkan Positif Covid-19

Perpanjangan PPKM Mestinya Bisa Menurunkan Positif Covid-19

Jakarta, Gatra.com - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan, evaluasi Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilakukan terhadap indikator-indikator PPKM seperti perkembangan kasus aktif, tren kematian, tren kesembuhan, tren bed occupancy ratio (BOR) dan tren kepatuhan protokol kesehatan.

Sementara, Satgas Penanganan Covid-19 menilai, PPKM tahap I belum memperlihatkan secara menyeluruh dari dampak yang diharapkan.

"Pentingnya perhatian diberikan pada kasus aktif. Terlihat disini bahwa secara umum jumlah kasus aktif mengalami fluktuasi," kata Wiku saat menyampaikan keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Gedung BNPB, Kamis (28/01).

Melihat lebih dekat indikator-indikator PPKM pada 77 kabupaten/kota yang menerapkannya, sebanyak 64 kabupaten/kota mengalami persentase tren kasus aktif meningkat, 54 kabupaten/kota dengan tren kematian persentasenya menurun, dan 21 kabupaten/kota dengan tren kesembuhan persentasenya meningkat. "Secara umum tren angka kesembuhan menurun," imbuh Wiku.

Lalu, tren BOR (bed occupancy ratio) atau keterpakaian tempat tidur rumah sakit di 47 kabupaten/kota persentasenya menurun. Secara umum terlihat kabupaten/kota yang melaksanakan PPKM di Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami penurunan persentase BOR pada masa PPKM tahap I. "Namun angkanya masih perlu ditekan agar bisa lebih rendah dari 70%,” lanjut Wiku.

Terdapat juga tren kepatuhan protokol kesehatan di 77 kabupaten/kota yaitu jumlah orang yang dipantau, ditegur, dan persentase orang yang ditegur mengalami peningkatan pada masa PPKM. "Secara umum, masih diperlukan waktu melihat dampak pelaksanaan PPKM minimal pada akhir Januari atau awal Februari 2021," lanjut Wiku.

Kemudian, Wiku juga mengatakan, secara spesifik kondisi kasus aktif pada 7 provinsi PPKM, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Secara umum, kasus aktif masih fluktuasi, namun masih meningkat pada minggu kedua pelaksaanaan PPKM yaitu di 4 provinsi diantaranya Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Bali.

Rincian hasil evaluasi PPKM tahap I berdasarkan provinsi, di DKI Jakarta tren kasus aktif meningkat dan tertinggi 3.758 kasus pada minggu pertama. Pada aspek zonasi, zona merah (risiko tinggi) 4 kabupaten/kota dan zona oranye (risiko sedang) 2 kabupaten/kota.

Banten, tren kasus aktif terus meningkat dan minggu terakhir penambahan mencapai 1.472 kasus aktif dalam satu Minggu. Aspek zonasi, zona merah dan oranye masing-masing 4 kabupaten/kota.

Jawa Barat tren kasus aktif fluktuatif pernah mencapai 5.623 kasus dan minggu terakhir turun drastis menjadi 1.302 kasus aktif. Aspek zonasi, zona oranye 17 kabupaten/kota, zona merah 6 dan zona kuning 4 kabupaten/kota.

Selanjutnya di DI Yogyakarta, kasus aktif fluktuatif dimana angka tertinggi 969 kasus, aspek zonasi ada 3 kabupaten/kota di zona merah dan zona oranye 2 kabupaten/kota.

Jawa Timur kasus aktif cenderung fluktuatif, minggu kedua PPKM kasus aktif menurun, dari 890 menjadi 165 kasus aktif. Zonasi risiko didominasi warna oranye yaitu 31 kabupaten/kota dan zona merah 7 kabupaten kota.

Jawa Tengah kasus aktif konsisten naik sejak satu Minggu sebelum pelaksanaan PPKM, dan minggu ini angka meningkat menjadi 6.752 kasus aktif. Zonasi risiko yaitu zona merah 18 kabupaten/kota dan zona oranye 17 kabupaten/kota.

Bali, kasus aktif mingguan jumlahnya terus meningkat sejak awal Desember 2020. Dan puncaknya pada minggu ini yaitu naik 2.320 kasus aktif dalam 1 minggu. Zonasi risiko, didominasi zona merah yaitu 6 kabupaten/kota dan zona oranye 3 kabupaten/kota.

Jika melihat jumlah kasus aktif yang semakin tinggi, perlu diwaspadai karena itu mengartikan jumlah kasus Covid-19 yang ada di tengah masyarakat jumlahnya masih banyak. Sedangkan melihat zonasi risiko dapat dijadikan acuan melihat tingkat risiko penularan masing-masing kabupaten/kota. Jika zona risiko didominasi zona merah dan oranye, itu artinya risiko penularan masih belum berhasil dikendalikan

"Perlu menjadi target kita bersama, di perpanjangan PPKM untuk menurunkan angka kasus aktif dan menekan risiko penularan sehingga zona risiko dapat berpindah menjadi zona kuning atau hijau," kata Wiku berpesan.

103