Home Kebencanaan ACT Bangun Integrated Commmunity Shelter Korban Gempa Mamuju

ACT Bangun Integrated Commmunity Shelter Korban Gempa Mamuju

Mamuju, Gatra.com - Aksi Cepat Tanggap (ACT) berencana membangun Integrated Commmunity Shelter (ICT) untuk korban gempa Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Ini adalah satu kompleks terpadu yang terdiri dari rumah hunian, sekolah, mesjid, dapur umum, sarana sanitasi, hingga taman bermain.

"Insya Allah ACT bangun ICS di lapangan sepakbola Sendana ini. Dibangun untuk 100 KK," jelas Senior Manager ACT, Dede Abdulrahman ketika berbincang dengan Gatra.com di Dusun Sendana, Desa Botteng Utara, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulbar, Jumat (29/1).

Sebagai permulaan, ACT kini tengah mendirikan tiga rumah yang merupakan bagian dari program Family Shelter. Ini merupakan kegiatan membangun hunian tetap yang didanai oleh program Sahabat Guru Indonesia, Sahabat Pelajar Indonesia, dan Sahabat Da'i Indonesia.

Rumah warga korban gempa di Dusun Sendana, Desa Botteng Utara, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat rusak dan tidak bisa dihuni. (GATRA/fly)

 

Di Botteng Utara, sejauh ini ada tiga orang penerima bantuan. Mereka terdiri dari satu orang guru dan dua orang Ustad, yang rumahnya sudah runtuh dan tidak bisa lagi ditempati.

Rumah berukuran 3x6 meter tersebut berdiri di lahan yang sudah disurvei oleh tim ACT sebelumnya. Terletak tidak jauh dari rumah warga yang terdampak bencana alam. Ketiga rumah mulai dibangun pada Jumat oleh relawan tukang dari ACT, dan direncanakan selesai dalam 12 hari kedepan. Dengan dinding beton dan atap seng, rumah itu bisa bertahan minimal tiga tahun, bahkan lebih jika dirawat dengan baik.

"Alhamdulillah bisa dapat bantuan. Saya berharap bisa beraktivitas seperti sediakala," ucap Guru MTS Al Wildan Adiyadi, Lenni.

Guru MTS Al Wildan Adiyadi, Lenni, salah satu penerima manfaat program Family Shelter ACT di Dusun Sendana, Desa Botteng Utara, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. (GATRA/fly)

 

Sehari-harinya, perempuan 30 tahun itu mengajar dan mengaji 20 orang anak, empat kali dalam seminggu. Kini di tenda mesjid darurat, Lenni hanya bisa mengajar dua kali seminggu.

ICS sendiri bukanlah program baru. ACT telah mulai melaksanakannya sejak gempa Yogyakarta pada 2006 silam. Hingga kini, mereka telah membangun ribuan hunian di berbagai titik bencana. Di Palu saja, ada berdiri 1.500 rumah yang tersebar di 13 lokasi. Di Lebak, Banten, ACT sudah mendirikan 150 hunian.

Donatur pun bukan hanya orang Indonesia semata, tapi juga mengalir dari luar negeri. Para dermawan tersebut berasal dari Singapura, Jerman, hingga Turki.

"Kita sampai kewalahan menghadapi respon warga. Sudah dibuat satu, maka antrian meminta bantuan jadi panjang. Tapi kan semua itu bergantun pada jumlah donasi yang kita terima," ungkap Dede.

Untuk ICS Mamuju disiapkan untuk hunian 100 KK. Semuanya ditargetkan selesai dalam 25 hari kerja. ACT siap menurunkan relawan konstruksi hingga 100 orang.

Warga yang dibantu tidak dipungut biaya. Mereka siap terima kunci ketika rumah selesai nanti.

 

275