Majene, Gatra.com - Rabu (27/) lalu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) berangkatkan kapal bermuatan 1.000 ton bantuan untuk korban bencana alam Sulawesi Barat (Sulbar). Sebanyak 80% di antaranya adalah bahan pangan. Sisanya terdiri dari kebutuhan perempuan, bayi, dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya. Kapal yang disertai 20 relawan itu bertolak dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.

Dua pekan telah berlalu sejak gempa berkekuatan 6,2 magnitudo (M) mengguncang Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) pada Jumat dinihari (15/1). Hingga hari ini masih banyak korban yang terpaksa hidup seadanya di tenda-tenda darurat.

"Hampir 90 persen rumah di desa kami rusak berat. Semua rumah permanen sudah rusak. Hanya rumah panggung yang masih berdiri, walau agak miring akibat gempa," jelas Fandi selaku aparat Desa Kayu Angin, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulbar, Sabtu (30/1).

Tak hanya itu, semua fasilitas pendidikan, tiga rumah ibadah, dan kantor desa pun kini sudah tidak bisa dipergunakan lagi.

Kerusakan serupa juga terjadi di Desa Bambangan. Jumlah rumah yang rusak lebih dari 60 persen atau sekitar 230 hunian. Kini, 399 KK terpaksa ditampung di deretan tenda darurat yang berdiri di lapangan voli dan pasar.

"Rata-rata yang rumahnya masih bisa ditempati masih takut masuk rumah. Makanya mereka masih tinggal di pengungsian," jelas Sekdes Bambangan, Mardi.

Meski bantuan masih mengalir, kedua desa itu mengaku butuh tambahan tenda, terpal, dan selimut. Begitu pula dengan sembako dan kebutuhan bayi seperti susu dan popok.

"Desa-desa ini Insya Allah sudah masuk dalam pendataan kita untuk dibantu," imbuh Komandan Posko ACT Wilayah Majene, Takdir.

Dibandingkan Mamuju, memang tidak banyak wilayah terdampak gempa di Majene. Tapi dari segi kerusakan, Kecamatan Malunda adalah salah satu yang terparah.

Kapal kemanusiaan ACT dijadwalkan tiba di Pelabuhan Mamuju, Senin malam (1/2). ACT siap membagikan bantuan ke 23 desa yang tersebar di tiga kecamatan di Majene. Demikian pula dengan korban di Mamuju.