Home Politik Tokoh Papua: AHY Figur Next Generation

Tokoh Papua: AHY Figur Next Generation

Papua, Gatra.com - Dari gelagatnya, lelaki 56 tahun ini nampak gerah menengok kisruh yang terjadi akhir-akhir ini antara Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko.

"Sebagai pemimpin partai besar dan figur next generation pemimpin bangsa, mestinya AHY bicara elegan, dewasa mengomentari apapun dan berwibawa menghadapi situasi yang terjadi di tengah bangsa ini," kata Pendeta Albert Yoku, STh, saat berbincang dengan Gatra.com, Kamis (4/2).

Lantaran figur next generation pemimpin bangsa kata Ketua Forum Masyarakat Tabi Papua ini (FMTP), ada baiknya AHY banyak berguru kepada seniornya. Bisa saja kepada Moeldoko dan bahkan kepada Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), ayahnya sendiri.

"Tidak usaha mengeluarkan bahasa kudeta. Sebab dalam hakikat kebebasan berkumpul, berserikat, berpendapat, sesuai job desk yang dimiliki Moeldoko, semua elemen bangsa, agama, pengusaha atau partai politik sekalipun, bisa bertemu dengan dia," kata ayah tiga anak ini. 

Hanya saja kata Albert, meski masih tergolong lama, angin suksesi Presiden RI 2024 sudah keburu berhembus.

Gara-gara hembusan itu, figur nasionalis yang berkapasitas dan berkapabilitas, mulai dicurigai, dihati-hatikan oleh mereka yang punya keinginan yang sama di 2024.

Moeldoko pun kena imbasnya. Kebetulan, figur-figur di sekitar Presiden Jokowi, Moeldoko dianggap tokoh yang sangat memenuhi syarat untuk itu.

"Kalau kita bicara soal kemampuan anak bangsa --- terlepas dari urusan partai --- untuk menjadi figur pemimpin di masa datang, sangat wajar orang mulai membicarakan Moeldoko dan itu tidak perlu dinegatifkan, kapasitasnya sebagai mantan Panglima TNI, wajar jadi omongan terkait 2024," katanya.

Menurut Ketua Sinode GKI Tanah Papua ke-11 ini, di situasi sekarang, orang sudah lebih mau bermusyawarah mufakat dan demokratis.

Tak heran kalau entah itu Partai Demokrat atau partai lain, sudah bebas mencalonkan siapapun, sudah tak laku lagi jualan politik "menjelek-tuduhkan".

"Nah, di Partai Demokrat, bisa jadi AHY sudah dipersiapkan untuk 2024. Oleh perubahan paradigma tadi (lebih mau bermusyawarah, mufakat), bisa jadi pula sebahagian besar di Partai Demokrat menjalankan paradigma itu, paradigma yang ingin leluasa memilih, ketimbang berfikir satu figur single fighter. Jadi, oleh keadaan ini sah-sah saja ada ketakutan," Albert mengurai.

Terkait kalimat kudeta yang muncul, bagi Albert itu justru iklan dan pintu masuk bagi publik untuk menilai figur masa depan Indonesia.

"Yang memunculkan kata-kata itu berarti belum memenuhi syarat untuk jadi figur atau tokoh nasional. Apalagi bila kata-kata itu ditujukan pada Moeldoko yang kita lihat tetap pada atensi-atensi tugas pokoknya," urai Albert. 

Terlepas dari apapun itu, bagi masyarakat Papua kata Albert, Moeldoko adalah tokoh nasional, pemimpin nasional.

"Kami di Papua memberi dukungan penuh kepada beliau. Kepada AHY, banyaklah belajar, belajarlah dari tokoh-tokoh besar yang ada, biar benar-benar bisa jadi next generation, tokoh besar yang dibutuhkan Negara tercinta ini. Jangan lagi memunculkan bahasa kudeta, itu sama saja dengan membangunkan Harimau tidur" pintanya.


Abdul Aziz

714