Home Kesehatan Kanker Lambung Bermutasi, Kenali Risikonya

Kanker Lambung Bermutasi, Kenali Risikonya

Jakarta, Gatra.com- Masyarakat perlu lebih waspada terhadap gejala kanker lambung yang jika tidak ditangani sejak dini berpotensi terjadi mutasi membentuk tumor di dalam lambung. "Juga dapat bermetastatis atau menyebar ke bagian lain di tubuh, seperti hati, peritoneum, hati dan tulang,” ungkap Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP dalam Webinar Media bertajuk “Gaya Hidup Masa Kini: Waspada Kanker Lambung Mengintai Anda!”, Rabu (10/2).

Prof. Aru Sudoyo menjelaskan, kanker lambung disebabkan oleh adanya sel-sel kanker yang tumbuh di dalam lambung menjadi tumor. Biasanya tumbuh perlahan selama bertahun-tahun dan kebanyakan diderita oleh pasien berusia 60-80 tahun. 

Yang juga harus diperhatikan adalah masyarakat juga sering tidak menyadari mengalami gejala penyakit tersebut. “Pada awalnya, kanker lambung sering disangka sebagai sakit maag biasa sehingga sebagian besar pasien datang terlambat dan sudah pada stadium lanjut,” kata Prof Aru.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP (Dok Yayasan Kanker Indonesia)

Ia menjelaskan beberapa hal dapat meningkatkan risiko kanker lambung, diantaranya bakteri Helicobactor pylori, dan metaplasia usus. Juga atrophic gastritis kronis, anemia pernisiosa, ataupun polip lambung.

Hingga juga kebiasaan merokok, obesitas, makanan yang diproses atau diasinkan, dan genetika. “Secara genetik, penyebab meningkatnya risiko kanker lambung adalah jika ibu, ayah, kakak atau adik memiliki kanker gaster, golongan darah A, Li-fraumeni syndrome, familial adenomatous polypsis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colon cancer,” jelas Prof. Aru Sudoyo

Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa faktor-faktor risiko terkena kanker hanya 5-10% yang diakibatkan oleh faktor genetika. Sedangkan 90-95% lebih disebabkan oleh faktor lingkungan yang meliputi diet mencapai 30-35% dan rokok 25-30%.

Juga infeksi 15-20%, obesitas 10-20%, serra alkohol (4-6%) dan lain-lain 10-15%. “Dengan demikian, kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker,” ujar Prof. Aru Sudoyo.

Ilustrasi gejala kanker lambung (Dok Yayasan Kanker Indonesia)

Sebagai informasi, menurut data GLOBOCAN 2020, angka kejadian kanker lambung di dunia tahun 2020 mencapai lebih dari 1 juta kasus. Yaitu sebanyak 369.580 kasus pada wanita dan 719.523 kasus pada laki-laki.

Sementara itu, General Manager Taiho Pharma Singapore PTE. LTD. Jakarta Representative Office dr. Ervina Hasti Widyandini menambahkan, diagnosis dan terapi pada stadium dini diharapkan akan memiliki tingkat keparahan dan prognosis yang lebih baik dibandingkan saat dideteksi dan diterapi masuk stadium lanjut

General Manager Taiho Pharma Singapore PTE. LTD. Jakarta Representative Office, dr. Ervina Hasti Widyandini (Dok Yayasan Kanker Indonesia)

"Untuk itu penting sekali untuk kita dapat mengenali gejala-gejala gangguan lambung apa saja yang harus kita waspadai dan ditindaklanjuti," jelas dr. Ervina. Apakah itu berupa penyakit lambung biasa yang umum dikenal sebagai sindroma dyspepsia ataukah mengarah ke keganasan atau kanker lambung. 

"Meski kejadian kanker lambung yang terdaftar saat ini di Indonesia belum terlalu tinggi namun bukan berarti tidak ada sama sekali," papar dr. Ervina

Dalam hal ini, lanjut dia Taiho Pharma Singapore secara aktif bekerjasama dengan YKI untuk memberikan dukungan psikososial bagi pasien Kanker Lambung maupun keluarga pasien. Yakni melalui edukasi nutrisi dan pola makan pasien dan penyintas kanker.

Serta layanan informasi medis dan pharmacovigilance. “Penting kesadaran masyarakat umum mengenai deteksi dini kanker lambung serta menjaga gaya hidup sehat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan survivor,” jelas dr. Ervina.

 

2435