Home Gaya Hidup Situs Perjanjian Giyanti Menuju Wisata Edukasi

Situs Perjanjian Giyanti Menuju Wisata Edukasi

Karanganyar, Gatra.com- Desain pengembangan situs Perjanjian Giyanti dibahas secara serius antara Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dengan Paniradya Keistimewaan Yogyakarta. Situs ini menandai pembagian kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.

GKR Mangkubumi di hadapan peserta napak tilas Perjanjian Giyanti di Lingkungan Kerten, Kelurahan Jantiharjo, Karanganyar, Sabtu (13/2), mengatakan pentingnya penataan situs tersebut. Putri sulung Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X ini menjalin kerjasama dengan Pemkab Karanganyar.

Perjanjian Giyanti menjadikan wilayah sak megaring payung. Sejarah bukan hal kuno tapi memiliki tempat di bahu kita agar dijaga bersama, kata GKR Mangkubumi.

Terkait penataan situs tersebut, Paniradya Keistimewaan Yogyakarta memang sedang menyusun konsepnya. Banyak obyek berkaitan sedang diinventarisasi. Penataannya akan disesuaikan cita-cita Sri Sultan HB I.

"Enggak perlu (dibangun) cantik. Tapi harus indah. Artinya, masyarakat paham sejarah. Enggak perlu mewah, tapi harus hidup. Mereka yang kesini (situs) itu belajar. Supaya kita enggak kepaten obor. Harus tahu asal usul kita siapa, darimana dan sejarah enggak boleh dilupakan, katanya.

Ia memiliki ide pengelola situs menyediakan koleksi bacaan tentang sejarah Mataram. Tentunya, ia menggandeng para stakeholder termasuk Pemda Karanganyar.

Lurah Jantiharjo, Agus Cahyono menyebut telah memiliki modal menata. situs Perjanjian Giyanti menjadi destinasi wisata edukasi ekonomi kreatif.

Di sini, kuliner khasnya arumanis dan brondong jagung. Punya Waduk Dungdo dan Kalisamin. Jika semuanya sinergi, pasti bisa bagus dan bermanfaat bagi masyarakat, katanya.

Sementara itu saat napak tilas, ia menghadiri acara tahunan itu didampingi adiknya, GKR Condrokirono dan para pejabat di Paniradya Keistimewaan Yogyakarta.  

Napak tilas Perjanjian Giyanti pada tahun ini digelar tak seperti biasanya pada malam hari dan dengan hiburan dan pasar malam. Demi menegakkan protokol kesehatan, acaranya dipersingkat dan digelar siang hari.

Prosesi dimulai dengan sambutan para pejabat. Kemudian arak-arakan tumpengan dari masyarakat setempat. Sedangkan dari rombongan Paniradya Keistimewaan Yogyakarta, ditampilkan geguritan macapat dipimpin Raden Bambang Nbur Singgih. Sebelum acara berakhir, dilakukan penanaman pohon di pelataran Situs Perjanjian Giyanti.   

726