Home Milenial Mau Keren? Ini 9 Anak Muda yang Patut Jadi Contoh

Mau Keren? Ini 9 Anak Muda yang Patut Jadi Contoh

Jakarta, Gatra.com - Tidak terhalang oleh pandemi, sembilan anak-anak muda dengan rentang usia 12-20 tahun terpilih menjadi Ashoka Young Changemakers 2021. Sembilan remaja dari Jambi, Baturaden, Sumba, Jember, Pelaihari, Bali, Jakarta, Bandung dan Deli Serdang telah membangun inisiatif kreatif yang telah menghasilkan dampak, baik di komunitas mereka maupun dampak berskala nasional, misalnya memutus mata rantai eksploitasi anak, menghubungkan generasi muda dengan karir, meningkatkan kesejahteraan petani, membangun budaya hidup berkelanjutan, dan berbagai isu sosial lainnya. 

Selain teruji secara konsisten melakukan gerakan pembaharuan dan telah berdampak sosial, masing-masing Ashoka Young Changemaker melalui proses wawancara dengan para panelis independen yang juga merupakan para pemimpin pembaharu di bidang masing-masing. 

 

Program Manager Asia Foundation, Mustafa, menjadi panelis Ashoka Young Changemaker berkomentar bahwa semangat anak-anak muda ini sangat luar biasa.

 

"Kalau saya bayangkan, anak-anak sekarang mungkin fokusnya itu ekonomi, robotic. Tetapi Ashoka Young Changemaker justru menaruh perhatian kepada isu-isu yang amat marjinal seperti kekerasan, perdagangan anak. Itu bagi saya amat luar biasa. Selamat untuk Ashoka telah menemukan anak-anak ini," ujar Mustafa. 

 

Salah satu contoh adalah Faye Simanjuntak yang mendirikan dan memimpin Rumah Faye demi memutus mata rantai perdagangan anak dan eksploitasi seksual melalui sistem edukasi peer-to-peer, penyelamatan, dan rehabilitasi. Faye merasa gelisah karena sepertiga kasus perdagangan manusia melibatkan anak-anak, tetapi karena tabu, justru anak-anak tidak dilibatkan dalam pembicaraan mengenai eksploitasi seksual dan pencegahannya. Bersama Rumah Faye, program pencegahan, penyelamatan, dan rehabilitasinya telah menyelamatkan dan rehabilitasi lebih dari 90 anak. 

 

Hampir sama seperti Faye tetapi dengan skala berbeda, adalah Itrin Diana Mozez (15) dari Sumba juga mendisrupsi budaya kekerasan di lingkungannya dengan membangun tempat aman di mana teman-teman sebayanya dapat mengembangkan hal-hal positif dan berkontribusi bagi kebutuhan masyarakatnya. Komunitas Pitagoras yang Itrin bangun berfokus pada toleransi, pendidikan, dan lingkungan hidup. 

 

Komunitas Pitagoras yang awalnya diikuti hanya empat orang, kini punya 15 anggota, dan teman-teman Itrin yang dulunya sering tawuran mulai dapat melihat bagaimana Itrin menyalurkan energi dan perhatiannya ke hal-hal positif sehingga mengurangi perkelahian. 

 

"Yang mereka tampilkan sesuatu yang menginspirasi dan keluar dari zona nyaman," papar Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Tri Agung Kristanto, yang juga menjadi bagian dari panelis independen Ashoka Young Changemaker 2021. 

 

Bagi Tri, anak-anak muda ini bisa saja menikmati kenyamanan hidup di usia muda dan tidak perlu peduli dengan masalah di sekitarnya. Tetapi nyatanya, mereka meninggalkan kenyamanannya dan mengusahakan sesuatu bagi mereka yang ditinggalkan atau dipinggirkan. 

 

Di Jambi, Nuke Aprilia menginisiasi Nukeytalks karena terketuk melihat teman-temannya banyak yang tidak tahu mau pilih jurusan apa atau akan berkarir di bidang apa. Melalui Nukeytalks, baik yang menjadi anggota maupun yang bukan anggota akan dapat mengeksplorasi minat dan beragam karir serta profesi. 3,000 anak muda mendaftar di platform Nukeytalks ini, dan Nuke pun mendapat dukungan dari tim yang mengelola platform ini. 

 

Program Ashoka Young Changemaker merupakan bagian dari gerakan Everyone a Changemaker yang dibangun oleh Ashoka di seluruh dunia. Gerakan ini bukan memilih anak-anak muda yang luar biasa untuk dirayakan kehebatannya. Ashoka Young Changemaker dipilih untuk mengajak anak-anak muda lain untuk menyadari kemampuan dan kesempatan mereka sebagai pembaharu sejak usia dini.

 

Sebagai organisasi yang mengawali gerakan kewirausahaan sosial di dunia, Ashoka melihat bahwa percepatan perubahan dan timbulnya beragam masalah pelik di masyarakat hanya akan dapat teratasi bila setiap orang menjadi pembaharu, memiliki keterampilan sebagai pembaharu, yaitu kemampuan melihat masalah, membangun tim, dan mencari solusi strategis yang memperbaiki keadaan bukan untuk segelintir orang, tetapi semua orang. 

 

Kemampuan dan keterampilan ini akan jauh lebih terasah bila disadari sejak masih muda dengan menumbuhkan empati dan dengan mengajak anak-anak muda berlatih menjadi pembaharu. "Masalah tidak akan lebih banyak daripada solusi bila setiap orang menjadi pembaharu," ungkap CEO Ashoka Bill Drayton.

 

 

Nani Zulminarni selaku Direktur Regional Ashoka untuk Asia Tenggara menyampaikan jika semangat anak-anak muda ini harus terus dikembangkan demi terwujudnya iklim kesetaraan.

 

"Ketidakadilan gender, diskriminasi, dan beragam pelanggaran hak asasi manusia hanya bisa dihapuskan bila setiap orang memiliki empati tinggi dan menjadi pemimpin perubahan sistem nilai yang tidak adil ini," papar Nani.

 

Koordinator Program Kepemudaan Ashoka Indonesia, Arakusuma, menerangkan jika sejak umur 11 tahun telah menjadi pembaharu bagi para peternak sapi di Boyolali dan baru-baru ini terpilih sebagai National Geographic Young Explorer menegaskan bahwa menjadi pembaharu butuh keberanian menjadi berbeda. "Selain itu, ia juga butuh dukungan, paling tidak dari satu orang," pungkasnya.

 

Setelah melalui proses nominasi dan wawancara berjenjang sejak 2020, kesembilan anak muda inspiratif yang terpilih sebagai Ashoka Young Changemaker 2021 dengan berbagai programnya yaitu: 

 

1. Faye/Simanjuntak/(usia 18, program Rumah/Faye, asal Bali);

 

2. Ammara/Tahseen (usia 14 tahun, program Batuva/Baturaden, asal Jawa/Tengah);

3. Nabila/Ishma/(usia 19 tahun, program CDEF/Metamorfosa, asal Bandung, Jawa/Barat);

4. Azzam Habibullah (usia 19 tahun, program Tuntungan/Ground Board Game, asal Deli Serdang, Sumatera Utara);

5. Nuke Aprilia Cut/Meltari/(usia 19 tahun, program NukeyTalks, asal/Jambi); 

6. Itrin/Diana/Mozez/(usia 15 tahun, Komunitas/Pitagoras, asal Sumba, Nusa Tenggara Timur);

7. Catherine Susanto (usia 18 tahun, program Girls Learn Code, asal DKI Jakarta);

8. Syazwan/Luftan/Riady/(usia 14 tahun/ program Komunalian, asal Jember, Jawa/Timur); /

9. Alvian/Wardhana/(usia 19 tahun, program Literasi/Anak/Benua, asal Pelaihari, Kalimantan Selatan).

796