Home Milenial Unilever Edukasi 3.000 Pemulung

Unilever Edukasi 3.000 Pemulung

Jakarta, Gatra.com – PT Unilever Indonesia, Tbk gandeng Perkumpulan Pemulung Indonesia Mandiri (PPIM) lakukan program edukasi dan pemberdayaan masyarakat kepada 3.000 pemulung.

“Unilever Indonesia terus berkomitmen membantu mengatasi permasalahan plastik mulai dari hulu, tengah hingga hilir rantai bisnisnya," kata Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk, Nurdiana Darus dalam konferensi pers virtualnya, Kamis (18/2).

Program edukasi ini antara lain meliputi pelatihan literasi keuangan, keterampilan berkomunikasi, hingga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi para pemulung untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Nurdiana mengatakan, Program Unilever Indonesia dan PPIM ini melanjutkan kerjasama kedua institusi yang bermula pada penyerahan bantuan sarana mesin press sampah plastik kepada pemulung tahun 2020. Bantuan ini untuk membantu meningkatkan nilai ekonomis sampah plastik yang kemudian dijual oleh para pemulung kepada para pengepul sampah.

"Sebagai pelaku industri, hingga tahun 2020, Unilever Indonesia bersama dengan para mitra telah berbagi peran dalam membantu pengumpulan dan pemrosesan lebih dari 13.000 ton sampah plastik di seluruh Indonesia," ungkap Nurdiana.

Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk, Nurdiana Darus (kiri) dan Ketua Umum PPIM, Prispolly Davina Lengkong (kanan) (Dok Unilever)

Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Ujang Solihin Sidik, S.Si., M.Sc mengapresiasi atas peran sertanya Unilever Indonesia untuk turut bergerak aktif dalam pengelolaan sampah.

Pria yang akrab disapa Uso ini menyebut bahwa perayaan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2021 kali ini juga dapat dijadikan momentum kesadaran bersama untuk terus peduli mengenai sampah. "Kunci utama dalam pengelolaan sampah secara berkelanjutan adalah dengan adanya kolaborasi dari berbagai pihak," katanya.

Ketua Kajian Ekonomi Lingkungan, LPEM FEB Universitad Indonesia, Dr. Alin Halimatussadiah, Ph.D menegaskan perwujudan ekonomi sirkular harus melibatkan peran dan fungsi setiap pelaku rantai nilai sampah yang terdiri dari begitu banyak pihak. Mulai dari pemerintah, dunia usaha atau industri, serta sektor informal dan masyarakat.

Peran ini meliputi pada setiap siklus tahapan pengelolaan sampah, meliputi upaya pemilahan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir. "Pemulung memiliki peran sentral yang patut diperhatikan karena merekalah yang berjasa mengumpulkan sampah sebagai bahan baku yang mendukung industri daur ulang," paparnya.

Oleh karena itu, lanjut Alin, sudah saatnya melekatkan para pemulung ke dalam kesatuan rantai nilai pengelolaan sampah yang lebih utuh.

Hal ini sejalan dengan hasil studi Unilever Indonesia dan SWI bahwa lebih dari 80% sampah plastik yang terkumpul di Pulau Jawa berasal dari pemulung, sedangkan 20% sisanya berasal dari bank sampah, TPS3R dan penampung sampah plastik lainnya. 

Namun sayangnya, sebagian masyarakat kerap menyematkan stigma negatif kepada pemulung sebagai masalah sosial yang mesti segera diatasi sehingga kehadiran mereka kerap mendapatkan tentangan.

Ketua Umum PPIM, Prispolly Davina Lengkong menuturkan bahwa di masa pandemi Covid-19 ini, pemulung dihadapi tantangan berat. “Mereka seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit sehingga pekerjaan pun jadi terhalang," katanya.

Hal lain, menurutnya, banyaknya pembatasan juga membuat mereka sulit bermobilisasi. "Belum lagi sebagian besar perumahan masih ditutup untuk mencegah penyebaran Covif-19. Untuk dapat terus menyambung hidup dan berkontribusi dalam mengurai permasalahan sampah, mereka membutuhkan dukungan dari kita semua,” pungkasnya.

 

414