Home Internasional Satu Orang Tewas Dalam Demo di Myanmar

Satu Orang Tewas Dalam Demo di Myanmar

Naypytaw, Gatra.com - Demonstrasi anti kudeta militer di Myanmar memakan korban jiwa. Seorang perempuan yang tertembak di kepalanya di tengah terjadinya demonstrasi dan mengalami kritis sejak pekan lalu, diberitakan meninggal dunia, Jumat (19/02).

Mya Thweh Thweh Khine ikut serta dalam demo di ibukota Myanmar yang memprotes militer Myanmar yang melakukan kudeta, pada Selasa (9/02) pekan lalu. Dalam video yang beredar secara viral, telrihat Mya tiba-tiba jatuh ke tanah ketika sedang berlindung dari semprotan water cannon aparat keamanan.

Saat dibawa ke rumah sakit, tampak jelas bahwa Mya mengalami luka tembak peluru senjata di bagian kepalanya. Juru bicara national League for Democracy Party (NLD), Kyi Toe menyebutkan bahwa peluru menembus helm yang dikenakan oleh Mya, demikian dilansir dari CNN.

Amnesty International menyebutkan, dari analisa video dan gambar yang beredar tampak seorang polisi yang membawa senjata varian semi mesin Uzi buatan Myanmar. “BA-94 atau BA-93 yang merupakan kloningan dari Uzi,” ujar pernyataan dari pihak Amnesty.

Amnesty menyebut gambar itu diambil dekat dengan Thabyegone Roundabout, berseberangan dengan jalan dimana Mya tertembak. “Luka yang diallami oleh perempuan ini disebabkan oleh peluru tajam yang ditembakkan pihak polisi Myanmar secara langsung ke arah para pendemo yang melakukan aksi damai,” kata Sam Dubberley, dari Amnesty International.

Pihak kepolisian Myanmar telah membantah penggunaan senjata semi otomatis dan peluru tajam dalam menangani demonstrasi tersebut. Dalam postingannya di Facebook pada tanggal 10 Februari, aprat menyebutkan bahwa mereka hanya dibekali senjata anti huru hara dan menyelidiki laporan adanya 2 pendemo yang terluka.

Kematian Mya membuat banyak pihak meminta agar segera dilakukan investigasi penggunaan kekerasan yang dilakukan oleh pihak berwajib Myanmar.

“Penggunaan senjata api yang mengakibatkan kematian Mya harus diinvestigasi total. Diatas itu semua, dunia internasional harus mengutuk keras perbuatan militer Myanmar dan mereka harus bertanggung jawab,” ujar peneliti HAM Myanmar, Manny Maung.

171