Home Teknologi Drone ala Bantul, Terbang Suburkan Sawah lewat Dana Desa

Drone ala Bantul, Terbang Suburkan Sawah lewat Dana Desa

Bantul, Gatra.com - Pengembang pesawat tanpa awak atau drone asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menghadirkan teknologi itu untuk bidang pertanian. Drone difungsikan sebagai penyemprot pupuk cair dan disewakan lewat desa untuk membantu petani kecil.
 
Dikembangkan sejak 2019, drone bernama 'Sekar Agriculture Drone' itu dihadirkan oleh Frogs Indonesia yang beralamat di Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Bantul. Pada Jumat (5/3) pagi, Gatra.com berkesempatan melihat uji coba penyemprotan pupuk di areal persawahan Desa Pendowoharjo, Sewon.
 
Di sela proses uji coba, Marketing Executive Frogs, Filardi Ayun, mengatakan pihaknya mengembangkan drone sprayer atau penyemprot pupuk untuk membantu dunia pertanian berkembang lebih baik melalui penggunaan teknologi terbaru.
 
"Berat total drone, beserta 10 liter pupuk cair yang diangkut, mencapai 28 kilogram dengan daya waktu jelajah untuk penyemprotan di lahan seluas satu hektar kurang lebih 15 menit," kata Ayun.
 
Drone tersebut menggunakan enam motor penggerak, baterai 12 cell lithium polymer berkapasitas 22.000 mAh, dan dua alat semprot yang terpasang di bawah tangki. Drone juga dilengkapi dengan peranti GPS dan lampu LED.
 
Ayun mengatakan, baterai drone mampu bertahan 15-20 menit untuk menyemprot lahan satu hektar dan membutuhkan waktu pengisian daya selama 40 menit. 
 
Saat uji coba di berbagai daerah, menurut Ayun, banyak petani tertarik menggunakan alat semprot ini karena memudahkan dan menyingkat waktu penggarapan lahan. Namun, karena kendala harga, banyak petani mengaku tak mampu beli.
 
"Untuk satu unit, beserta tambahan baterai serta beberapa peranti pendukung, sementara ini dibanderol Rp130 juta. Beberapa perusahaan yang mengelola perkebunan dan persawahan skala besar sudah membeli," ujarnya.
 
Karena itu, untuk memenuhi keinginan petani skala kecil, Frogs menggulirkan program sewa drone melibatkan pemerintah desa. Melalui anggaran dana desa, Frogs menawarkan biaya sewa Rp250 ribu untuk satu hektar sawah.
 
Sistem sewa oleh pemerintah desa dinilai menjadi solusi tepat sesuai tingkat perekonomian kebanyakan petani Indonesia. Pemerintah desa melalui kelompok bisa mendata luas lahan yang akan disemprot dan mengalokasikan dari dana desa. 
 
"Dalam praktiknya, penyemprotan biasanya dilakukan saat padi berumur 2-3 bulan dengan jarak penyemprotan 2-3 meter. Menurut petani, ini jarak ideal karena berkat terpaan angin dari motor penggerak, hamparan padi bisa tersingkap dan pupuk cair jatuh sesuai harapan," katanya.
 
Ayun menjelaskan sebelum drone sprayer ini, Frogs Indonesia telah mengembangkan berbagai jenis drone untuk berbagai keperluan seperti drone untuk survei, pengantaran barang, dan pengantaran penumpang.
 
Salah satu petani yang melihat uji coba, Paijan, mengaku tertarik untuk menggunakan drone tersebut untuk memupuk. Menurutnya, jika dikerjakan manual, penyemprotan pupuk untuk satu hektar sawah butuh waktu dua hari.
 
"Jika menggunakan tenaga lepas, maka ongkos harian mencapai Rp100 ribu. Jika harganya terjangkau, alat tersebut saya pikir sangat membantu dan mengurangi modal utama," katanya.
 
1316