Home Ekonomi Potensi Energi Terbarukan Indonesia Mencapai 417 Giga Watt

Potensi Energi Terbarukan Indonesia Mencapai 417 Giga Watt

Jakarta, Gatra.com- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan potensi energi baru terbarukan di Indonesia mencapai 417 Giga Watt. Energi itu berasal dari samudera, panas bumi, bioenergy, bayu, hidro dan surya.

“Kalau ini bisa dimanfaatkan maka ini bisa menjadi andalan karena tidak akan pernah habis," kata Arifin dalam webinar Future Energy Tech & Innovation Forum yang diselenggarakan Katadata pada sesi Indonesia Energy Transition: Opportunity & Challenges, Senin (8/3).

Adapun potensi EBT samudera mencapai 17,9 GW, panas bumi 23,9 GW, bionergi 32,6 GW, bayu 60,6 GW, hidro 75 GW dan surya 207 GW. "Yang harus dilakukan berikutnya adalah program R&D di industri karena harus ada dukungan dari industri untuk mengembangkan energi baru terbarukan,” paparnya.

Arifin menambahkan, pada 2050 diharapkan bauran energi baru terbarukan bisa mencapai 31% atau sekitar 60 Giga Watt. Namun, Arifin optimistis angka tersebut bisa lebih tinggi lagi karena Indonesia punya banyak potensi sumber energi baru terbarukan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif (Dok Katadata)

Ia memberi contoh, pembangkit listrik tenaga angin yang berada di daerah bagian timur Indonesia. “Sumber energi angin cukup banyak, di luar negeri satu tiang hanya bisa menghasilkan 1 MW dan sekarang1 tiang sudah bisa menghasilkan listrik tenaga angin 10 MW," katanya

Kata Arifin, dunia sudah mulai bergerak dan memasang target untuk tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil. Negara-negara Eropa sudah memasang target 2040 akan bebas pemakaian energi fosil, Jepang pada 2050 dan Cina pada 2060.

Karena itu, Indonesia harus mulai menyusun strategi agar bisa bergantung penuh kepada energi baru terbarukan. Salah satu kendala yang masih dihadapi adalah soal pendanaan. Menurut Arifin, perlu dana besar untuk mengembangkan energi baru terbarukan.

“Semua negara berlomba investasi di sektor EBT maka yang jadi kompetisi adalah masalah pendanaan. Untuk merealisasikan proyek EBT dengan skala besar perlu dana yang tinggi, kompetisi ini yang harus diantisipasi. Bagaimana kita bisa membuat investor tertarik masuk ke Indonesia khususnya sektor EBT,” jelas Arifin.

 

674