Home Internasional Junta Tuduh Suu Kyi Terima Suap, Tumpah Darah, 12 Tewas

Junta Tuduh Suu Kyi Terima Suap, Tumpah Darah, 12 Tewas

Yangon, Gatra.com - Junta Myanmar menambahkan tuduhan suap ke dalam dakwaan terhadap pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, Kamis, 11/03. Sementara kelompok advokasi mengatakan pasukan keamanan menembak mati 12 pengunjuk rasa dalam salah satu hari paling mematikan sejak militer mengambil alih kekuasaan. Reuters, 11/03.

Pertumpahan darah terjadi beberapa jam setelah Dewan Keamanan PBB menyerukan tentara agar menahan diri dalam usaha  menghentikan protes anti-kudeta. Serangan yang melumpuhkan sejak mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari terjadi di pusat kota Myang.

Di antara yang tewas adalah delapan orang tewas ketika pasukan keamanan menembaki protes, kata Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

Di kota terbesar Myanmar, Yangon, pengunjuk rasa Chit Min Thu tewas di distrik North Dagon. Istrinya, Aye Myat Thu, mengatakan kepada Reuters bahwa Thu bersikeras untuk bergabung dengan demonstran meskipun dia memintanya untuk tinggal di rumah demi putra mereka.

"Dia mengatakan layak untuk mati," katanya sambil menangis. “Dia khawatir jika tidak ikut protes, demokrasi tidak akan kembali ke negara itu," katanya.

Sementara itu, dengan menambahkan tuduhan korupsi terhadap Suu Kyi berarti dia menghadapi hukuman yang lebih berat. Dia saat ini menghadapi empat dakwaan yang relatif ringan- termasuk mengimpor enam radio walkie talkie secara ilegal dan melanggar pembatasan virus Corona.

Juru bicara junta, Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, mengatakan Suu Kyi telah menerima pembayaran ilegal senilai US$600.000, serta emas, saat berada di pemerintahan, menurut pengaduan  Phyo Mien Thein, mantan menteri utama Yangon.

"Dia dengan tegas mengatakan itu," kata juru bicara itu pada konferensi pers. “Fakta-fakta itu sudah kami verifikasi beberapa kali. Sekarang komite antikorupsi melanjutkan penyelidikan."

Aye Ma Ma Myo, anggota parlemen yang dibubarkan dari Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi, menolak klaim tersebut.

179