Home Ekonomi Petani: Pemerintah Jangan Impor Beras, Nasib Kami Gimana?

Petani: Pemerintah Jangan Impor Beras, Nasib Kami Gimana?

Pati, Gatra.com - Rencana pemerintah yang bakal mengimpor 1 juta ton beras, membuat harga gabah kering panen (GKP) anjlok secara drastis di tingkat petani di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Petani Desa Jimbaran (Kecamatan Margorejo), Rohmat mengatakan, saat ini harga gabah perkilogram di tingkat petani berada di kisaran Rp3.800-4.000 saja. Padahal sebelum wacana impor beras mencuat, harga GKP mampu mencapai Rp4.800 perkilogram dari harga pokok penjualan (HPP) Rp4.200 yang ditetapkan pemerintah.

“Mereka (Pemerintah) hanya perhatian kepada petani saat tertentu. Namun saat harga menurun gini, tidak memerhatikan nasib petani, lah malah mau impor beras. Nasib kami terus gimana,” ujarnya, Selasa (16/3).

Harusnya, bagi Rohmat, pemerintah memikirkan masak-masak sebelum melakukan impor beras. Terlebih mengutamakan agar gabah di tingkat petani dapat terserap dengan harga normal.

Mengingat petani sudah bersusah payah, meski harga GKP anjlok berapapun di pasaran, petani akan tetap jual, sebagai modal untuk mengolah sawah musim selanjutnya.

Belum usai polemik susahnya mendapatkan pupuk bersubsidi, dan bayang-bayang gagal panen akibat cuaca ekstrem. Beban petani bertambah berat dengan adanya rencana 1 juta ton beras impor.

“Takut kalau harga gabah terus menurun, sementara musim seperti ini. Kali ini parah, hasil panen menurun harga juga turun,” keluh Rohmat.

Terpisah, Ketua Kelompok Petani Pemakai Air di Desa Jambean Kidul (Margorejo), Kamelan mengatakan, stok gabah dari petani dalam negeri masih melimpah. Sehingga rencana impor sangat tidak beralasan.

“Siklus pertaninan kita itu, di daerah A selesai panen, maka di daerah B baru mulai panen. Sehingga kalau alasannya kekurangan beras, itu sangat tidak berdasar. Apalagi jarak masa tanam hingga panen itu cuman tiga bulan. Coba bayangkan,” tegasnya.

Saat ini harga GKP saat ini Rp4.000 perkilogram. Sementara untuk harga beras medium Rp7.300 yang sebelumya Rp8.300 perkilogram. Turunnya harga gabah dan beras, merupakan buntut wacana impor beras.

“Pemerintah harusnya menyoroti anjloknya harga beras, bukan malah impor. Kalau harga hancur, petani juga susah. Ingat biaya produksi petani itu tinggi, belum lagi pupuk subsidi langka,” papar Kamelan.

399