Home Milenial Seabad Usmar Ismail, Jadi Momentum Kebangkitan Perfilman

Seabad Usmar Ismail, Jadi Momentum Kebangkitan Perfilman

Jakarta, Gatra.com - Momentum Hari Film Nasional Ke-71 yang juga akan bertepatan dengan 100 Tahun Hari lahirnya Tokoh Perfilman Tanah Air, Usmar Ismail akan dijadikan sebuh babak baru bangkitnya dunia perfilman di Indonesia, yang terpaksa kini harus mati suri akibat pandemi Covid-19.

Industri film mau tak mau harus terseok-seok karena penyebaran virus corona memaksa berhentinya aktifitas produksi mau pun penayangan film sepanjang tahun silam. Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru, Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Ahmad Mahendra meyakini, momentum ini sangat tepat untuk menunjukan kembali eksistensi dunia film yang tak ingin kalah tergerus oleh kondisi pandemi.

"Di puncak peringatan, diharapkan ada gerakan yang bisa dimunculkan, sepertu gerakan kembali ke bioskop. Pak Dirjen [Kebudayaan] kemarin juga setuju untuk digerakkan coba nanti kita kemas sedemikian rupa. Sehingga, kita bersama-sama memberi semangat kepada semua pihak, dalam situasi yang sulit ini kita sama-sama tetap bergerak, untuk memajukan memperkuat ekosistem film," kata Ahmad dalam Taklimat Media Daring, Jumat (19/3).

Semangat itu, akan makin membara tak kala peringatan 100 tahun lahirnya tokoh perfilman tanah air, Usmar Ismail, yang bisa melatar belakangi gerakan tersebut. Karena sepak terjang sineas legenda tanah air dalam membangun ekosistem gambar gerak sejat era 1950an tersebut pun, sejatinya relevan dengan perjuangan ekosistem perfilman tanah air untuk bangkit dari tidur panjangnya kali ini.

"Kenapa ko tahun ini menjadi penting dan tema 100 tahun Usmar Ismail ini menjadi penting. Karena menurut saya, kita perlu mengingatkan kembali atas kebangkitan perfilman kita ini utamanya untuk generasi muda. Itu pesannya," jelasnya.

Dalam peringatan tersebut, mulai dari 20 hingga 30 Maret nanti, peringatan akan diisi oleh berbagai macam penyelenggaraan. Mulai dari diskusi karya film Usmar Ismail, bedah buku, serta pemutaran film karya sang legenda seperti Darah dan Doa, Liburan Seniman, Lewat Jam Malam, Perempuan di Sarang Penyamun, dan Jendral Kancil.

"Kami juga sudah kerjasama dengan beberapa komunitas untuk secara terpisah menyelenggarakan peringatan tersebut di daerah-daerah. Inilah bagian dari upaya membangun perfilman kita, dan ini juga membentuk ekosistem serta memperkuat ekosistem perfilman kita," ungkapnya.

187