Home Internasional Kapal Kargo Raksasa Masih Kandas di Terusan Suez

Kapal Kargo Raksasa Masih Kandas di Terusan Suez

Kairo, Gatra.com - Sebuah kapal kargo raksasa Ever Given hingga kini masih terjebak di Terusan Suez, akibat terkena angin kencang dan badai debu. Lambung kapal menyimpang dari jalur air itu menabrak dinding kanal. 

Kapal sepanjang 400 meter (1.300 kaki) dan seberat 200.000 ton ini terjepit di kanal sejak Selasa (23/3). Kapal tersebut masih terperangkap dan mengganggu lalu lintas perdagangan di sana.

Proses evakuasi berjalan sulit karena jalur perairan yang sempit. Mesir bahkan memutuskan untuk menutup salah satu jalur perairan tersibuk di dunia itu.

Shoei Kisen Kaisha, pemilik kapal kargo raksasa Ever Given meminta maaf telah menimbulkan kekhawatiran bagi kapal-kapal yang berada atau berencana melewati Terusan Suez. 

"Kami bekerja sama dengan otoritas lokal dan Bernhard Schulte Shipmanagement, perusahaan manajemen kapal, untuk mengapungkan kembali Ever Given. Tetapi kami menghadapi kesulitan yang ekstrem," kata pemiliknya mengutip BBC, Kamis (25/3).

Sementara Evergreen Marine, perusahaan Taiwan yang mengoperasikan kapal tersebut mangatakan, saat ini para ahli dibantu Otoritas Terusan Suez sedang merancang rencana yang lebih efektif untuk mengapungkan kembali kapal tersebut. Beberapa pihak bahkan memperkirakan upaya penyelamatan ini bisa membutuhkan waktu berminggu-minggu.

Para ahli berpendapat, upaya penyelamatan mungkin berhasil saat air pasang semakin kuat awal pekan depan. Jika gagal, salah satu pilihannya ialah membongkar sebagian muatannya. Namun, tentu saja itu juga akan memakan waktu lama.

Hingga kini, kira-kira ada 156 kapal yang mengantre di perairan tersebut. Kapal yang mengantre bukan hanya kapal kontainer, tapi juga kapal tanker minyak, gas, hingga kapal curah yang mengangkut pasokan biji-bijian.

Berdasarkan data Otoritas Terusan Suez, pada 2020 hampir 19.000 kapal melewati kanal. Rata-rata ada 51 kapal per hari. Sekitar 12% perdagangan dunia melewati jalur ini, yang merupakan rute terpendek antara Asia dan Eropa. 

Rute alternatif, mengitari Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, bahkan bisa memakan waktu dua pekan lebih lama. Karena itu, insiden ini menyebabkan kekacauan lalu lintas perdagangan global.

520

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR