Home Milenial Mengapa Trah Sewulan Bisa Jadi Presiden, Menteri hingga Kyai

Mengapa Trah Sewulan Bisa Jadi Presiden, Menteri hingga Kyai

Judul Buku: Babad Sewulan, Jejak dan Ajaran Bagus Harun
Penulis: Muklisina Lahudin
Penerbit: Quantum, Yogyakarta.
Cetakan Pertama: Maret 2021
Halaman: xxviii + 276
Ukuran: 14 x 22 cm

Jakarta, Gatra.com- Buku ini bercerita tentang sebuah tanah Perdikan di Madiun Selatan, Jawa Timur, bernama Sewulan. Penulis yang sejak berusia 9 tahun diasuh di Sewulan semula tidak menyadari betapa legendarisnya tempat tersebut. Setelah dewasa, barulah dia mengetahui bahwa Sewulan itu eksotis. Kemudian dia mencari Sewulan dan menuangkan dalam buku ini.

Sebagai tanah perdikan, Sewulan tidak lepas dari episode Bagus Harun Basyariah, yang mendapatkan peran penting dalam sejarah Tanah Jawa, khususnya Mataram Islam pasca Geger Pecinan. Ontran-ontran Mas Garendi atau Amangku Rat V yang didukung orang-orang Cina mengusir Susuhunan Pakubuwana II dari Istana Kartasura.

Sunan Pakubuwana II lari ke Ponorogo dan melakukan safari politik menggalang dukungan untuk kembali merebut tahta. Nah, dalam pelariannya inilah terjadi pertemuan Bagus Harun dan Pakubuwana II. Sebagai panglima laskar santri, peran Bagus Harun cukup menonjol. Dia dianggap berjasa mengembalikan tahta Mataram kepada Pakubuwana II.

Pakubuwana II memindahkan keratonnya ke Desa Sala dengan istana baru Salakarta yang kemudian menjadi Surakarta. Dia menganggap istana Kartasura sudah tercemar pemberontak. Pemindahan istana karena semacam ini sebelumnya pernah dilakukan setelah Istana Mataram di Plered, Bantul, dijarah pasukan Trunajaya. Pindah ke Sala, Pakubawa II mengangkat diri menjadi Raja pertama Kasunanan Surakarta.

Bagus Harun yang dinilai berjasa mendapat jabatan adipati, namun dia menolak. Dia memilih pulang ke Sewulan untuk mengajarkan agama Islam kepada rakyat. Terutama dalam hal tarekat dan sufisme. Ajaran Bagus Harun menjadi bab khusus dalam buku ini.

Memang orientasi Bagus Harun lebih pada agama. Dia menginginkan anak cucunya kelak menjadi orang alim dan saleh. Hal ini disimbolkan saat membangun Masid Sewulan yang lebih ke selatan. Sedangkan menantunya, Raden Mas Muhammad Santri mengehendaki pembangunan lebih ke utara, agar kelak trah Sewulan menjadi orang terhormat.

Akhirnya, disepakati posisi di tengah atau posisi masjid sekarang. Sehingga trah Sewulan kelak menjadi orang alim sekaligus terhormat. Menjadi presiden, menteri hingga kyai. Buku ini mecatat sejumlah tokoh mulai KH Wahid Hasyim, Gus Dur, Gus Sholah, Maftuh Basyuni, Muhadjir Effendy, KH Dimyati Romlii, Muhammad Nuh, Emil Dardak dan lain-lain sebagai keturunan Sewulan.

Namun penulis belum mencantumkan Menteri Sosial Tri Rismaharini dan sejumlah tokoh lain yang ‘dicurigai’ sebagai keturunan Sewulan. Terlepas dari kekurangan tersebut, buku ini sangat layak untuk menjadi salah satu buku literasi sejarah. Khususnya, bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah Mataram Islam sebelum terbelah menjadi tiga kerajaan Kasunanan, Kasultanan dan Mangkunegaran. Selamat membaca.

13527