Home Hukum LP3ES: Peran Perempuan dalam Aksi Teror Meningkat

LP3ES: Peran Perempuan dalam Aksi Teror Meningkat

Jakarta, Gatra.com - Aksi teror kembali terjadi di Indonesia. Kurang dari sepekan, dua kali serangan teror menyasar gereja di Makassar, dan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri) di Jakarta. Tiga teroris dinyatakan tewas dalam dua aksi tersebut. Dua di antaranya adalah perempuan. 

 
Sejalan dengan fakta tersebut, Peneliti Hukum dan HAM dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Milda Istiqomah mengatakan bahwa peran perempuan dalam aksi teror meningkat sepanjang lima tahun terakhir. 
 
Di masa-masa silam, menurut Milda, perempuan biasanya terlibat di dalam organisasi teroris sebagai perekrut, pembawa pesan, meregenerasi ideologi, hingga alat propaganda. Namun, pasca tahun 2016, peran tersebut mengalami pergeseran: perempuan menjadi garda terdepan aksi teror sebagai penyedia senjata, perakit bom, hingga pelaku bom bunuh diri. 
 
Berdasarkan catatan Milda, sepanjang dua dekade terakhir, 2000-2020, jumlah pelaku tindak terorisme berjenis kelamin perempuan telah mencapai 39 orang. "Sebelumnya mereka selalu berada di balik layar," kata Milda dalam diskusi daring yang digelar LP3ES, Jumat (2/4), bertajuk "Terorisme, HAM, dan Arah Kebijakan Negara."
 
Milda melanjutkan, ada tiga alasan utama mengapa perempuan mau terlibat dalam aksi-aksi teror. Pertama, faktor personal, bahwa mereka terlibat karena terdampak radikalisasi paham tertentu. Kedua, aspek sosial politik, bahwa mereka merasa mengalami ketimpangan sosial, ketidakadilan, dan diskriminasi. Ketiga, faktor tragedi personal, di mana perempuan menjadi korban pemerkosaan, pelecehan seksual, atau kejahatan lainnya, yang melahirkan dendam. 
 
"Dengan ini bisa menjelaskan mengapa keterlibatan perempuan menjadi wake up call atau peringatan buat kita," kata Milda. 
217