Home Gaya Hidup Indeks Ideologi Rendah, Rois NU Sentil Pengurus NU Kaliwungu

Indeks Ideologi Rendah, Rois NU Sentil Pengurus NU Kaliwungu

Kendal, Gatra.com - Rois Syuriah Pengurus Wilayah (PW) NU Jateng, Ubaidillah Shodaqoh mengingatkan agar pengurus Nahdlatul Ulama (NU) harus mulai sadar bahwa Indeks ideologinya sangat rendah diantara ormas-ormas lainnya di Indonesia.
 
"Bahkan cenderung indeks ideologi ini tidak dimiliki para pengurus. Baik di tingkat Tanfidziah, Gerakan Pemuda Ansor maupun badan otonom (banom) lainnya di Nahdlatul Ulama (NU)," kata Ubaidillah Shodaqoh di hadapan pengurus NU Kaliwungu Kendal Jawa Tengah dalam acara Pelantikan dan Rapat Kerja MWC NU Kaliwungu, Minggu (4/4).
 
Menurut Ubaidillah, rendahnya indeks ideologi menjadi sebuah persoalan serius. Sebab NU ini memiliki basis massa atau jamaah yang secara jumlah terbesar di Indonesia.
 
Ia menilai, di NU yang memiliki indeks ideologi tinggi hingga saat ini hanya Banser (Barisan Serbaguna). Hal ini dibuktikan dengan loyalitas tinggi Banser terhadap bangsa dan negara. Bahkan, meski tidak mendapatkan bayaran sepersen pun, Banser siap berkorban untuk berjuang di NU dan membela Kiai dan Ulama NU serta bangsa Indonesia.
 
Ubaidillah Shodaqoh juga mengungkapkan, secara jumlah, kader Banser ini jumlahnya sangat banyak. Yakni tercatat lebih dari delapan juta personel. Jumlah tersebut melebihi jumlah personel yang dimiliki oleh TNI dan Polri. "Bahkan jika keduanya digabungkan, masih kalah banyak dengan personel Banser," ungkapnya.
 
Rendahnya indeks ideologi pengurus NU, lanjutnya, harus menjadi PR (Pekerjaan rumah) bagi pengurus NU untuk meningkatkan Ideologi Organisasi NU. Yakni dengan Pendidikan Kader Penggerak (PKPNU). Ulama harus berada didepan sebagai pencerah ideologi NU. "Harus diberikan pemahaman tentang organisasi lain diluar NU," katanya.
 
Peningkatan Ideologi ini menurutnya penting untuk menjaga tradisi dan ajaran NU yang selama ini ada di masyarakat. Terlebih dengan UU Omnibus Law yang telah disahkan. Menurutnya dengan UU tersebut nantinya pendidikan dari luar negeri bisa masuk ke Indonesia sebagai bagian dari investasi.
 
"Pendidikan sudah dianggap investasi ekonomi. Selain itu pendidikan dari luar negeri juga harus diantisipasi. Sebab tentu membawa pengaruh budaya asli dari negeri asalnya," tambahnya.
 
Padahal NU selama ini mengajarkan pendidikan sebagai sebuah investasi masa depan. Yakni untuk mendalami ilmu agama dan kebaikan akhlak. "Bahkan guru-gurunya rela tidak mendapatkan gaji," tandasnya.
 
Ketua Tanfidziyah MWC NU Kaliwungu, KH Mohamad Abbas mengatakan salah satu program kerja yang akan dilakukan NU Kaliwungu adalah peningkatan ideologi Ahli Sunnah Waljamaah. Yakni melalui Lembaga Dakwah (LD) NU dan Forum Bahtsul Masail.
 
"Kami akan adakan kajian-kajian ke-NU-an seperti kajian Kitab karya Imam Abu Hasan Al-Asy'ari, Imam Syafi'i  dan sebagainya. Selain itu membentengi masyarakat dari gerakan radikal dengan pengajian dan aksi sosial," tandasnya.
 
1299