Banyumas, Gatra.com – Diperkirakan 80 persen petani durian di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dan sejumlah wilayah lainnya mengalami gagal panen tahun ini. Kegagalan terjadi pada fase bunga, buah muda, atau buah tua namun hambar.

“Bunga gugur, buah muda rontok atau buah sampai tua namun berasa hambar,” kata Ketua Kelompok Tani Durian Maju Makmur, Desa Alasmalang, Hasan Susanto, Senin (5/4).

Dari pengamatan di Desa Alasmalang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, dia mengatakan faktor pertama adalah cuaca. Nyaris semua petani di Indonesia, termasuk di Banyumas, masih sangat tergantung kepada cuaca.

Saat curah hujan tinggi, maka pembuahan durian hampir dipastikan gagal. Diketahui cuaca ekstrem melanda Indonesia pada akhir 2020 dan awal 2021, persis ketika durian sedang fase berbunga dan buah muda.

“Kemarin itu kan curah hujan memang sangat tinggi. Ekstrem. Sehingga menyebabkan buah gagal masak,” ujarnya.

Menurutnya, ada faktor dominan lain penyebab utama kegagalan pembuahan adalah perawatan pohon durian yang masih menggunakan pola lama.

“Tahun ini, itu buah itu, hampir 80 persen gagal. Karena, masih menggunakan pola yang lama, yaitu kurangnya pemahaman terhadap perawatan pohon durian,” ucapnya.

Padahal, kata dia, aplikasi beberapa pupuk dan rekayasa alat pengatur air yang tepat bisa membuat pohon tetap berbuah baik, walau dicekam cuaca buruk. Dan itu terbukti pada sejumlah pohon yang dirawat dengan SOP pembuahan durian.

“Pupuk apa yang diperlukan saat pembuahan durian itu dan seterusnya. Nah, untuk mengedukasi hal itu, memang kan bukan hal mudah,” jelasnya.

Kelompok Tani Maju Makmur telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam hal ini Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu) Tropika, untuk melakukan perawatan intensif pohon durian sebagai barometer pembuahan.

Dia berharap dari pilot project ini, petani bisa diedukasi dan turut mengaplikasikan SOP perawatan pohon agar durian bisa berporduksi stabil tiap musim.