Home Politik Akar Terorisme, Ideologi Teror Diperkuat Mispersepsi Agama

Akar Terorisme, Ideologi Teror Diperkuat Mispersepsi Agama

Jakarta, Gatra.com- Pemerhati intelijen dan keamanan nasional Stepi Anriani menilai, keterlibatan generasi milenial dalam aksi teror sudah terjadi sejak 2009. Dia menyebutkan setidaknya ada 6 kasus yang melibatkan milenial, yaitu bomber hotel JW Marriot 2009 (18 tahun), penyerang pos lantas Cikokol 2016 (24 tahun), penusuk polisi di Mako Brimob Kelapa Dua 2018 (23 tahun), bom Polrestabes Medan 2019 (24 tahun), bom Katedral Makassar (26 tahun), dan teror Mabes Polri (25 tahun).

Hal ini dia sampaikan dalam Webinar bertajuk Jurus Sakti Milenial Menangkal Radikalisme pada Senin malam (5/4). Menurutnya, ada pergeseran antara terorisme lama dengan terorisme modern. "Dalam terorisme modern, target tidak perlu ditentukan pemimpin besar. Bisa target kecil-kecil seperti belakangan ini, yang penting takut," ungkap Dosen Sekolah Tinggi Intelijen Negara tersebut.

Selain itu, terorisme modern cenderung lone wolve, yang tidak mengidentifikasikan dirinya bagian dari kelompok tertentu. Terorisme modern tidak pakai organisasi dan bisa menyebar di mana saja. "Kalau dulu Al-Qaeda ada persyaratan kitab yang harus dihafal, fase yang mesti ditempuh, atau memahami topik tertentu. Kalau ISIS tidak, mereka bisa mencari siapa saja."

Lebih lanjut Stepi menyatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan terorisme, antara lain kekecewaan terhadap pemerintah, hukum, aparat, maupun sistem demokrasi. Bisa juga karena rendahnya kesejahteraan, faktor sosial sekitar, pengaruh medsos atau pemberitaan sepihak.

"Akar terorisme itu bukan agama, melainkan ideologi teror. Nah baru, kadang-kadang diperkuat dengan mispersepsi ajaran agama," katanya.

Stepi menyarankan agar pemerintah berkolaborasi dengan dengan berbagai pihak untuk membangun narasi deradikalisasi dengan konsep kekinian. Lembaga pendidikan juga bisa dimanfaatkan untuk membantu pembentukan cara pikir yang cinta damai.

Selain itu, seiring maraknya penyebaran konten terorisme di medsos, generasi milenial perlu memahami diri sendiri. Kalau merasa insecure, kesulitan, putus asa atau kesal, harus dipahami bahwa semua orang juga mengalaminya. Yang membedakan ialah cara merespon hal tersebut.

1364