Jakarta, Gatra.com - Pasca dileburnya Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bergabung dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), membuat pemangku kepentingan sedang sibuk menyiapkan transisi agar tak mengganggu sektor riset yang sudah berjalan saat ini.
Setelah melepaskan diri dari Kemenristek dan ditengarai akan menjadi badan otonom, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tetap dipercaya akan menjadi ujung tomba inovasi di tanah air. Hal itu diungkapkan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud, Nizam.
Nizam mengatakan BRIN kemungkinan masih akan tetap memantau kegiatan riset dan inovasi. Namun, untuk kegiatan riset yang berada di dalam lingkup kampus. Kemendikbud-Ristek nantinya lah yang sepenuhnya bakal menaungi.
"Sejauh ini untuk penelitian di perguruan tinggi ini di luar BRIN. Ini adalah sesuai undang-undang. Kita kan bacanya undang-undang 12 tahun 2012, skemanya tri darma. Di luar itu di koordinasi mungkin oleh BRIN," kata Nizam saat ditemui di Universitas Indonesia Kampus Salemba, Jakarta, Rabu (14/4).
Nizam juga menyatakan, bahwa peleburan ini justru akan membawa dampak positif bagi sektor riset di pendiidkan tinggi. Penggabungan niscaya akan memperkuat inovasi perguruan tinggi, tak kala fokus riset disana berada di bawah satu naungan Kemendikbud-Ristek.
"Artinya ini dua sisi mata uang yang sama. Dalam pendidikan di perguruan tinggi ada penelitian. Di penelitian perguruan tinggi ada pendidikan. Nah kalau selama ini di bawah dua kementrian, bagi perguruan tinggi ini kan jadi repot, karena menghadapi dua inspektorat jendral misalnya, dua imamlah," beber Nizam.
Lagipula, sambung Nizam, skema ini sebenarnya bukanlah barang baru. Dalam sejarahnya, perguruan tinggi pernah berada dalam nomenklatur KemenristekDikti. Pun semuanya pernah satu kendali dalam Kementerian Pendidikan Nasional.
"Jadi kalau dalam pelaksanaan penelitian di perguruan tinggi ini satu optimasi yang lebih baik," pungkasnya.
