Home Kebencanaan Ex Perwira AL Inggris Bicara Soal KRI Nanggala

Ex Perwira AL Inggris Bicara Soal KRI Nanggala

Denpasar, Gatra.com - Angkatan Laut Singapura dan Angkatan Laut Australia merespon permintaan bantuan untuk mencari kapal selam TNI AL yang hilang. Kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak pada pukul 3 dinihari, Rabu (21/4) di perairan Bali saat sedang melaksanaan latihan penembakan torpedo.

Menurut Aljazeera yang mengutip laporan internal TNI AL, pihak berwenang Indonesia menghubungi International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO) pada Rabu sore. ISMERLO mengoordinasikan operasi pencarian dan penyelamatan kapal selam internasional. Angkatan Laut Singapura dan Angkatan Laut Australia menanggapi sinyal tersebut.

“Singapura memiliki kapal yang dirancang khususu sebagai penyelamat kapal selam. Kapal ini dilengkapi Deep-Submergence Rescue Vessel (DSVR) untuk melakukan operasi penyelamatan yang kompleks. Indonesia tidak memiliki kemampuan yang setara, ”kata Collin Koh, seorang peneliti di S Rajaratnam School of International Studies di Singapura yang berspesialisasi dalam urusan angkatan laut dan keamanan maritim, kepada Al Jazeera, Kamis (22/4).

“Sejauh mana hal itu dapat membantu akan sangat bergantung pada penentuan lokasi kapal yang tepat, kondisi cuaca yang ada, kondisi laut dan yang terpenting menetapkan status awak,” kata Koh.

Kedua negara menandatangani pakta penyelamatan kapal selam pada tahun 2012, dan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen menulis di media sosial pribadinya pada hari Kamis bahwa kapal penolong itu - MV Swift Rescue - telah dikirim "secepat dia bisa bersiap-siap". Sebuah tim medis juga ada di dalamnya.

Singapura memiliki perjanjian penyelamatan kapal selam serupa dengan Australia, Korea Selatan, Vietnam, Amerika Serikat, dan India

KRI Nanggala-402 membawa 53 personel terdiri dari 49 kru, satu komandan unit, dan tiga personel persenjataan yang dikepalai oleh Letkol Marinir Heri Oktavianus.

Seorang mantan perwira angkatan laut Inggris, berbicara kepada Al Jazeera tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa kemungkinan penjelasan lain untuk kehilangan kontak dari KRI Nanggala-402 termasuk ledakan torpedo atau senjata, tabrakan dengan kapal atau benda bawah air, oksigen kegagalan, banjir yang tidak disengaja atau kerusakan struktural.

“Penghancuran lambung terjadi di kedalaman ini dan, karena minyak telah terlihat di permukaan, itu bisa menunjukkan kegagalan struktural yang dahsyat, terutama karena kapalnya sudah tua, yang dibangun pada tahun 1977 dan dikirim ke Angkatan Laut Indonesia pada tahun 1981 . ”

Dia juga menambahkan bahwa kedalaman kapal selam bisa membuat potensi penyelamatan menjadi tantangan.

“Sangat sulit untuk melakukan penyelamatan di kedalaman ini karena cara yang biasa dilakukan dengan lonceng selam (diving bell) diturunkan dan dipasang ke pintu keluar, yang hampir pasti tidak mungkin jika kapal selam memang berada di kedalaman 700 meter," katanya.


 

1189