Jakarta, Gatra.com – Rektor Universitas Gadjah Mada, Panut Mulyono, mengungkapkan bahwa kampus yang dipimpinnya berbenah dan bertransformasi menjadi sebuah socio-entreprenuerial university.

“Dari dulunya yang merupakan teaching university, kemudian menjadi research university, dan saat ini kita mempunyai semangat sebagai socio-enterpreneurial university,” ujar Panut dalam sambutannya di acara Gatra Innovation Awards 2021 yang digelar secara daring pada Jumat, (30/4).

“Namun demikian, tugas-tugas pengajaran, tugas-tugas riset, tidak bisa terabaikan,” tambah Panut.

Yang dimaksud dengan UGM sebagai socio-entrepreneurial university adalah bahwa UGM ingin selalu menghasilkan berbagai inovasi untuk meningkatkan ekonomi bangsa. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh UGM, diharapkan akan muncul produk-produk dan industri-industri baru.

Saat ini UGM sudah memiliki lima bidang prioritas inovasi, yaitu kesehatan dan farmasi; agroindustri; manufaktur, rekayasa, dan juga teknologi informasi; energi baru dan terbarukan; sementara di bidang sosial UGM memprioritaskan heritage, art and culture, serta sustainable management.

Inovasi di UGM dilakukan dengan dua basis utama, yaitu academic driven, atau inovasi yang dilakukan berdasarkan hasil-hasil riset dari para dosen dan mahasiswa dan community driven, atau berbasis pada kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat.

Dengan inovasi-inovasi tersebut, UGM mengklaim bahwa mereka telah beberapa kali mendapatkan penghargaan di bidang inovasi. Selain itu, selama pandemi Covid-19, UGM juga telah berhasil menelurkan produk-produk inovatif.

Salah satu produk UGM yang paling populer aadalah GeNose, atau Gadjah Mada Electronic Nose. GeNose adalah alat pendeteksi dan diagnosis Covid-19 dari hembusan napas seseorang berbasis Artificial Intelligence (AI) yang saat ini sudah beredar di berbagai tempat dan sampai bulan April 2021 telah diproduksi sebanyak 3000 unit.