Home Politik Off Side Nyapres, Ganjar di Ujung Tanduk Banteng

Off Side Nyapres, Ganjar di Ujung Tanduk Banteng

Yogyakarta, Gatra.com - Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak diundang dalam acara PDIP. Oleh elite partai berlambang banteng itu, Ganjar disebut terlalu ambisius menjadi calon presiden RI 2024. 

Pakar komunikasi politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad menyatakan polemik tersebut menunjukkan karir politik Ganjar, termasuk langkahnya sebagai capres lewat PDIP, di ujung tanduk.

"Dukungan pasar politik internal di PDIP terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman. Bukan tidak mungkin, nasib Ganjar Pranowo untuk dapat memaksimalkan karir politiknya melalui PDIP sudah di ujung tanduk," tutur Nyarwi saat dihubungi Gatra.com, Minggu (23/5) malam.

Nyarwi menyebut polemik ini membuat bursa capres/ cawapres dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024 kian hangat dan memanas. "DPP PDIP tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya, khususnya yang menjadi public figure populer dan memiliki potensi elektabilitas tinggi, agar tidak ‘off side’," katanya.

Hal itu seperti pernyataan Ketua PDIP Jateng Bambang Wuryanto yang menyebut Ganjar kebablasan nyapres.

Padahal, kata Nyarwi, PDIP tampaknya memiliki orientasi berbeda dari parpol-parpol lain, juga dengan langkah PDIP sendiri dalam Pilpres 2014 dan 2019, yakni dengan mencalonkan sosok populer seperti Joko Widodo.

"Arah PDIP untuk Pilpres 2024 mendatang tampaknya makin jelas dengan untuk menjagokan figur tertentu di luar sosok populer seperti Ganjar Pranowo," kata pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Meski memiliki tingkat elektabilitas tinggi, Nyarwi menjelaskan Ganjar berpotensi kehilangan peluang untuk mendapat tiket dari PDIP di Pilpres 2024. Belakangan  ini Ganjar memang tampak makin populer dengan tingkat elektabilitas tinggi dalam survei, melampaui tokoh lain, termasuk Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

Menurut Nyarwi, data survei IPS awal April 2021, untuk 30 nama capres, elektabilitas Ganjar sebesar 14,4%. Elektabilitas ini di urutan kedua setelah Prabowo dengan 25,4 %. Di bursa 30 cawapres, Ganjar di urutan tiga, setelah Anies Baswedan.

"Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP," katanya.

Nyarwi menyatakan PDIP mengedepankan model pemasaran politik tradisional yang berbasis pada ideologi parpol. dengan model ini, parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting.

"Parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi parpol sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para public figure yang menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah/gubernur," tuturnya.

Model pemasaran politik tersebut menuntut parpol memiliki tingkat party ID atau identitas keparpolan yang kuat, struktur organisasinya jadi mesin pemasaran politik yang efektif, dan para kader populernya mampu memasarkan partai tersebut dibanding dirinya.

"Kritik Bambang Wuryanto ke Ganjar dapat kita baca sebagai warning bagi semua kader PDIP yang saat ini menjadi pejabat publik, khususnya memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi, agar lebih mampu memasarkan parpolnya, bukan sekadar memasarkan dirinya," kata Nyarwi.

358