Home Gaya Hidup Ritual Pudunan Kejawen, Tak Ada Prosesi Lampah Daun Lumbung

Ritual Pudunan Kejawen, Tak Ada Prosesi Lampah Daun Lumbung

Cilacap, Gatra.com– Panganut Kejawen dan pelestari adat Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah memulai perjalanan ke Daun Lumbung dalam ritual Pudunan, Kamis (27/5/2021). Namun, dalam ritual kali ini, tak ada prosesi jalan kaki atau lampah seperti lazimnya ritual Pudunan yang telah digelar ratusan tahun.

Ketua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS), Nakam Wimbo Prawiro mengatakan, berdasar hasil musyawarah antara tetua adat Daun Lumbung dan Satgas Covid-19, peserta juga dibatasi. Jika biasanya ritual ini diikuti oleh lebih dari 100 orang, kini Anak Putu Kalikudi diwakili oleh 20 orang. Namun, pemberangkatan tetap dilakukan dari rumah ibadah Pasemuan Lor dan Pasemuan Kidul, Kalikudi dan dilepas oleh kiai kunci. “Tidak ada jalan kaki, semua pakai mobil. Ya (peserta dalam kondisi normal) minim-minimnya 100 orang,” katanya.

Selanjutnya, di Daun Lumbung, anak putu akan menggelar selamatan di Pasemuan dan ziarah atau bekten di Panembahan Daun Lumbung, mulai Kamis malam. Ritual baru akan selesai pada Sabtu pagi, saat Anak Putu Kalikudi dilepas pulang ke Kalikudi. Anak putu juga akan kembali dan diterima oleh Kiai Kunci Pasemuan Lor dan Pasemuan Kidul. “Kalau ritualnya dilakukan seperti bisa. Hanya peserta yang dibatasi,” ungkapnya.

Nakam menambahkan, ritual Pudunan telah dilakukan selama ratusan tahun. Pudunan adalah wujud bakti anak cucu kepada leluhur sekaligus bersilaturahmi dengan saudara yang berada di tempat lain. “Kalau pudunan, kalau punggahan lebih dari itu, kalau punggahannya. Pudunan itu kan karena kemarin sudah naik. Kemarin punggahan, menjelang puasa. Ibaratnya, kemarin sebelum puasa naik, setelah puasa sudah kembali lagi ada di sekitar kita intinya,” kata Nakam.

Ritual ini telah dilakukan selama ratusan tahun seturut masuknya Islam di Cilacap. Diperkirakan, Islam mulai masuk dan berkembang di Kalikudi, pada abad 17. Hal itu bisa dilihat dari peninggalan kuno atau artefak, seperti makam dan petilasan yang hingga kini masih dirawat dengan baik.

1932