Home Gaya Hidup Terus Beraksi, Berdikari Bersama Batik Difabel Blora

Terus Beraksi, Berdikari Bersama Batik Difabel Blora

Blora, Gatra.com - Slogan Berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari) yang digelorakan Presiden pertama RI Soekarno melecut semangat para penyandang disabilitas di Kabupaten Blora, Jawa Tengah untuk terus melangkah maju. 
 
Melalui karya batik cap-nya, mereka terus berkreasi untuk menelurkan karya batik terbaik. 50 lebih motif batik telah tercipta sejak mereka membentuk kelompok Difabel Blora Mustika (DBM).
 
Keberhasilan dalam menciptakan puluhan motif batik ini merupakan buah semangat pantang menyerah mereka. Persepsi negatif hingga keraguan kemampuan turut menjadi pendorong mereka untuk terus berkarya. 
 
Ketua Difabel Blora Mustika (DBM) Abdul Ghofur menceritakan, semua mencoba membuat kerajinan keset serabut kelapa. "Tapi tidak laku di pasaran. Lalu kita berembug hingga akhirnya sepakat buat batik difabel. Karena kami melihat belum ada batik difabel di Indonesia. Itupun kita masih ragu, mampu gak kita buat batik," katanya saat ditemui di Sekretariat DBM, Desa Kamolan, Kabupaten Blora, Minggu (30/5). 
 
Terlebih, lanjut Ghofur, biaya produksi batik juga cukup tinggi. Belum kebutuhan alat cap yang tentu  harganya tidak murah. Itu menjadi bayangan ketakutan bagi dirinya dan teman-teman saat awal.
 
"Dari situlah kita berpikir lagi dan coba-coba buat alat cap sendiri dari kertas karton. Setelah kita uji coba berkali-kali akhirnya hasilnya cukup bagus. Pertama motif batik yang kita buat itu motif difabel yang saat ini menjadi identitas seragam kita," ujarnya.  
 
Bermodal nekat, dan kemampuan otodidak ilmu membatik dari Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM, mereka pun mulai memberanikan memproduksi tiga motif batik. Kebanyakan motif yang dibuat  menggambarkan identitas lokal daerah, mulai kayu jati, hasil pertanian hingga  identitas sebagai penyandang disabilitas. 
 
Namun apa dikata, batik yang dihasilkan jauh dari kata berhasil. Banyak kerusakan, Mulai kebocoran warna, titik noda hingga warna tidak sesuai.. "Ya itulah difabel. Kalau gak difabel ya gak rusak," ucapnya sambil terkekeh. 
 
Kegagalan itu nyatanya tidak membuat mereka frustasi. Berbekal uang patungan yang tersisa, mereka kembali membuat motif batik serupa. Kegagalan di awal menjadi pelajaran untuk lebih baik lagi.
 
Harapan pun mulai muncul. Di akhir tahun 2017 ada kunjungan Wakil Gubernur Jawa Tengah kala itu Heru Sudjatmoko ke Pendopo rumah dinas Bupati Blora. Di hadapan banyaknya tamu undangan yang hadir, salah satu anggota disabilitas, Kandar (56) memberanikan diri maju memberikan sebuah batik motif difabel. Dari situlah, Heru berjanji akan membantu kebutuhan produksi batik Difabel Blora Mustika.
 
"Saat itu Pak Wagub berjanji akan memberikan mesin jahit dan Malam untuk buat batik. Bahkan Pak Bupati Djoko Nugroho (Mantan Bupati) juga siap memfasilitasi keberadaan batik difabel di Blora," bebernya. 
 
Munculnya berbagai dukungan itulah yang melecut DBM untuk terus membatik. Terlebih kala itu, pesanan batik mulai berdatangan baik dari kalangan pejabat di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun masyarakat umum yang mengetahui keberadaan batik difabel.
 
"Alhamdulillah sampai saat ini pesanan batik dari para OPD itu terus berjalan. Apalagi kalau mendekati hari jadi Kabupaten, banyak pejabat yang minta dibuatkan batik karya difabel. Saking banyaknya temen-temen ini harus lembur sampai malam," terangnya. 
 
Saat ini, keberadaan batik difabel terus dikenal masyarakat luas. Tidak hanya dalam kota, bahkan sampai luar kota Blora. Banyak pelajar maupun mahasiswa yang datang untuk melihat proses langsung pembuatan batik difabel. 
 
"Anak-anak TK itu biasanya diajak ke sini mengenalkan batik. Kalau dari luar itu ya paling mahasiswa yang ingin membuat karya tulis atau skripsi batik difabel. Sudah banyak, UGM, Undip, Universitas Muhammadiyah Blora juga ada," akunya. 
 
Salah satu mahasiswa Muhammadiyah Blora, Ipung mengaku penasaran dengan Batik Difabel Blora. Ia bahkan awalnya tidak percaya penyandang disabilitas bisa membatik. 
 
"Saya sama teman-teman penasaran saja. Masak  orang cacat bisa membatik. Terus caranya bagaimana. Tapi setelah datang dan lihat sendiri, saya baru sadar ternyata benar dan tidak bohong. Walau masih ada cacat sedikit lumrah ya, saya saja mungkin belum tentu bisa batik seperti mereka," kata mahasiswa semester terakhir itu.
 
Keberadaan Batik Difabel inipun diapresiasi oleh Bupati Blora saat ini Arief Rohman. Arif mengaku bangga dengan semangat dan keberadaan mereka.
"Kita tentunya apresiasi semangat mereka. Mereka secara tidak langsung telah membantu kami dalam pengentasan kemiskinan terutama bagi kalangan rentan seperti kaum difabel" kata Arief melalui saluran telepon. 
 
Arief berharap anggota DBM terus berkarya dan mengembangkan kreatifitas mereka. Ia berjanji akan membantu memfasilitasi mereka dalam mengembangkan karya batiknya
"Pemberdayaan disabilitas ini salah satu program kerja prioritas saya sebagai Bupati terpilih. Kita akan fasilitas dan beri kesempatan yang sama bagi mereka dengan warga lain," jelasnya. 
1240