Home Kebencanaan Suku Anak Dalam: Ratusan Hewan Hutan Mati Dekat Sumber Air

Suku Anak Dalam: Ratusan Hewan Hutan Mati Dekat Sumber Air

Tebo, Gatra. com - Masyarakat Hukum Adat Suku Anak Dalam (MHA SAD) kelompok Temenggung Apung di Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, merasa was-was karena banyak menemukan hewan liar tergeletak mati. Ini dikatakan anak Temenggung Apung, Malenggang, Senin (31/05).

"Yang paling banyak ditemukan bangkai babi, ular, dan biawak. Jumlahnya ratusan lebih. Rata-rata lokasinya tidak jauh dari air atau di dipinggir-pinggir sungai," ungkap Malenggang. Ia mengaku di kebun dia juga banyak menemukan bangkai babi. 

 

"Kalau sekarang ini, jangankan mau ketemu babi. Ketemu jejak babi saja boleh dikatakan tidak ada, " katanya lagi.

 

Tidak itu saja, Malenggang mengaku juga menemukan sejumlah beruang, kijang, dan rusa tergeletak mati. Anehnya, tidak satupun rajo besak (gajah) dan rajo belang (harimau) yang ditemukan mati. 

 

Hal yang sama juga dikatakan Ketua Adat MHA SAD Kelompok Temenggung Apung, Sril. Kejadian aneh ini ujar dia, baru pertama kali terjadi. "Anehnya lagi. Dimana ditemukan hewan yang mati, jika kita menangkap ikan di sana dan kita makan, kita langsung (spontan) merasa pusing. Tidak lama langsung jatuh pinsan atau tidak sadarkan diri," ungkap dia. 

 

Yang dikhawatirkan dia, banyak MHA SAD kelompok dia (MHA kelompok Temenggung Apung) yang masih mengandalkan hidup dari hasil hutan dan hasil buruan. Terkadang mereka berhari-hari mencari hasil hutan dan berburu di dalam hutan. 

 

Saat berada di dalam hutan katanya, salah satu sumber makanan yang gampang atau mudah didapat adalah ikan. "Nah kalau sempat termakan ikan dan langsung pinsan, siapa yang menolongnya karena tidak ada yang tahu" kata dia. 

 

Sril menduga, kematian hewan-hewan ini akibat keracunan. Pasalnya, hampir rata-rata wilayah yang menjadi jelajahan dia ditemukan bangkai hewan. Bangkai hewan yang paling banyak ditemukan di Sungai Landai, Sungai Pedeman, Sungai Manggatal, Sungai Sekalo dan sungai-sungai lainnya.

"Pernah saya temukan lebih dari 50 ekor bangkai babi di pinggiran air. Kok bisa matinya serentak seperti terkena racun saja, " katanya. 

 

Yang dikhawatirkan Sril lagi, racun yang menyerang hewan-hewan tersebut juga menyerang atau menular ke manusia. Atau kata dia, dengan kejadian ini akan berdampak pada habisnya sumber makanan rajo belang (harimau)," Kalau makanan untuk rajo belang sudah habis, rajo belangnya mau cari makan dimana lagi. Ya, ujung-ujungnya bakal masuk kampung untuk mencari makan," ujarnya.

 

Untuk itu, Sril dan MHA SAD Kelompok Temenggung Apung minta kepada instansi terkait untuk mencari solusi dan mencari penyebab mengapa banyak ditemukan hewan liar bergelimpangan mati. Jangan sampai kejadian aneh ini berdampak kepada mereka yang masih mengandalkan hidup dari hasil hutan. "Kami sudah sangat khawatir dengan kejadian ini," katanya.

 

4018