Home Gaya Hidup Maknai Hari Lahir Pancasila, Sudahkah Anda Toleran?

Maknai Hari Lahir Pancasila, Sudahkah Anda Toleran?

Jakarta, Gatra.com- Staf Khusus Presiden RI dan Co-Founder Toleransi.id, Ayu Kartika Dewi menyebut untuk menjadi toleran, ada beberapa modal dasar yang dibutuhkan generasi muda. Pertama, mereka harus punya pemikiran yang kritis sehingga tak mudah terpengaruh arus informasi yang belum jelas kebenarannya.

Mereka juga perlu memiliki rasa empati, yang hanya bisa didapat jika mereka melakukan interaksi langsung dengan orang-orang yang berbeda dengan dirinya. "Semua hal ini harus dilakukan secara intensional dan berkelanjutan, sehingga nantinya ada gaung inspirasi yang lebih kuat untuk menggerakkan lebih banyak aksi toleransi menuju Indonesia yang lebih damai," paparnya  dalam diskusi virtual bertema Gue Udah Toleran Belum, Sih?, Senin (7/6).

Ayu memaparkan bahwa pada dasarnya empat level toleransi. Yakni Membiarkan perbedaan, Menyenangi perbedaan, serta Merayakan perbedaan dan Melindungi perbedaaan. Ia percaya bahwa seiring dengan waktu dan kedinamisan dalam bermasyarakat, kita bisa secara sadar mendorong diri sendiri untuk terus naik kelas dalam bertoleransi.

Sutradara dan Penulis Skenario muda yang sering menyuarakan keberagaman dan inklusi melalui karya-karyanya, Naya Anindita menambahkan bahwa ia  selalu memasukkan isu-isu yang pada saat itu menjadi concernnya. Serta setiap karakter bisa mewakilkan latar belakang dan value berbeda.

Misalnya di Imperfect: The Series yang menceritakan pertemanan sekelompok perempuan dari berbagai latar belakang, suku, dan ras. "Salah satu hal yang saya angkat melalui series ini adalah tentang bagaimana kita bisa belajar mencintai diri kita sendiri," katanya.

Serta tentang kegelisahan yang sering dialami oleh cewe-cewe yang berbeda dengan standar kecantikan pada umumnya. "Hal ini juga menjadi sebuah cerminan bagi kita, bahwa ada yang masih harus dibenahi dari cara kita memandang perbedaan," terang Naya.

Dalam Indonesia Millennial Report 2020 yang dikeluarkan IDN media, terdapat tujuh tipe milenial dengan karakteristik yang berbeda. Setiap tipe milenial mengaku terbuka dan mentolerir berbagai perbedaan, namun memiliki cara sendiri-sendiri dalam mengapresiasi perbedaan dan mendukung inklusivitas. 

Untuk memupuk potensi ini, mereka harus mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk memulai percakapan seputar toleransi, mempertanyakan stereotip, serta menciptakan rasa kebangsaan dan mewakilkan suara-suara yang belum terdengar.

Chairman of Equality, Diversity and Inclusion Board (ED & I) Unilever Indonesia, Hernie Raharja menyatakan, Pancasila dalam Tindakan, Bersatu untuk Indonesia Tangguh hanya dapat terwujud dalam dunia yang lebih toleran dan inklusif. "Di mana kita menjadikan persamaan dan perbedaan sebagai kekuatan," ujarnya.

Nah dalam upaya menuju ke sana, diperlukan tindakan nyata untuk melawan diskriminasi yang seringkali terjadi tanpa kita sadari (unconscious bias). Serta untuk terus meningkatkan keikutsertaan dan sebisa mungkin menghindari adanya pihak-pihak yang termarjinalkan.

“Usaha yang terus menerus dalam melawan unconscious bias ini sejalan dengan visi kami dalam Unilever Compass,  yang mana salah satu tujuannya adalah menciptakan dunia yang inklusif dan toleran," paparnya.

Dalam hal ini generasi muda menjadi pembuka jalan sebagai generasi yang lebih terpapar pada banyak informasi terkini, berpikiran maju, serta kreatif, vokal dan aktif. "Juga berpotensi besar untuk menjadi pendorong perubahan ke arah yang lebih baik, utamanya dalam mengaplikasikan perilaku yang toleran dan inklusif di Indonesia," pungkas Hernie.

107