Home Kesehatan Klaster Salat Id di Tegal Bertambah, Enam Meninggal

Klaster Salat Id di Tegal Bertambah, Enam Meninggal

Slawi, Gatra.com - Jumlah warga positif Covid-19 dari klaster salat Idul Fitri (Id) di Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah bertambah menjadi 83 orang. Enam di antaranya meninggal.

"Jumlah yang positif saat ini total 83 orang," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal Sarmanah Adi Muraeny, Senin (7/6).

Sarmanah mengatakan, dari 83 orang yang positif tersebut, terdapat enam orang yang meninggal dunia. Mereka ada yang meninggal saat dirawat di rumah sakit dan UGD Puskemas Pagerbarang. 

"Ada juga yang meninggal saat akan dirujuk ke rumah sakit dari Puskemas dan ada yang meninggal di rumah. Yang meninggal di rumah ini sebenarnya belum dinyatakan positif Covid-19, namun dia mengalami gejala yang mengarah Covid-19 sehingga dianggap positif," imbuhnya.

Sebelumnya Sarmanah mengungkapkan, klaster salat Idul Fitri muncul di Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang setelah ada seorang ustaz yang mengalami gejala terinfeksi virus corona. "Dia akhirnya berobat ke UGD Puskesmas Pagerbarang. Karena demam, batuk, pilek, akhirnya diswab dan hasilnya positif Covid-19," kata Sarmanah, Sabtu (5/6).

Ustaz tersebut, lanjut Sarmanah, kemudian tidak bersedia ketika akan dirujuk ke rumah sakit dan memilih untuk isolasi mandiri di rumah. Namun isolasi itu tak berjalan dengan baik. "Saat isolasi mandiri di rumah itu, banyak yang menengok, diduga terjadi penularannya di situ," ujarnya.

Menurut Sarmanah, selain warga yang membesuk, pelacakan atau tracing juga dilakukan terhadap warga yang mengikuti salat Id di masjid setempat karena ustad yang positif juga mengikuti salat Id di masjid tersebut. Hasil tracing dan tes swab massal yang digelar selama tiga hari tersebut mendapati 70 orang yang positif.

"Karena di masjid itu jemaahnya banyak, di-tracing. Total ada 353 orang yang di-tracing dan dirapid test antigen," ungkap Sarmanah.

Sementara itu, Kepala Desa Randusari Jadi Sanyoto mengatakan, warga yang terpapar Covid-19 seluruhnya tinggal di satu RW. Untuk mencegah meluasnya penyebaran, lingkungan tersebut di-lockdown sampai 15 Juni.

"Khusus di RW tersebut, yakni RW 4 diperketat dan dijaga akses keluar-masuknya. Selain itu, aktivitas sekolah, hajatan, pasar, dan tempat ibadah juga dihentikan sementara," ujarnya, Senin (7/6).

1092