Home Info Sawit Setelah 6 Tahun BPDPKS

Setelah 6 Tahun BPDPKS

Jakarta, Gatra.com - Jangan heran kalau beberapa tahun ke depan, pabrik bensin, biodiesel dan bahkan produk turunan lain minyak sawit, bakal banyak dijumpai di sentra-sentra perkebunan kelapa sawit di 26 provinsi di Indonesia.

Soalnya setahun belakangan, persis setelah Eddy Abdurrachman menjadi orang nomor satu di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Badan Layanan Umum (BLU) milik Kementerian Keuangan yang hari ini genap berumur 6 tahun itu, sudah menyasar kemitraan biar hasil-hasil riset yang telah ada, bisa dikomersialkan. Salah satunya katalis merah-putih.

Langkah ini menurut banyak orang bakal membikin nilai tambah produk semakin tinggi. Rentang kendali distribusi --- bahan bakar dan turunan lain --- akan lebih pendek lantaran setiap produk diproduksi dan dijual di daerah itu.

Dengan begini, pendapatan petani kelapa sawit akan kian gendut lantaran sesungguhnya, petanilah yang kelak paling berperan dalam industri baru itu.

Di sisi lain, volume ekspor bahan mentah akan sangat terkontrol lantaran telah lebih banyak terpakai di dalam negeri, termasuk untuk substitusi produk impor yang berdampak pada pengeluaran devisa yang semakin kecil.

Sebetulnya kalau dikaji lebih dalam, Penelitian dan Pengembangan serta Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) adalah nadi utama dalam strategi pembangunan industri kelapa sawit berkelanjutan Indonesia di masa depan.

Dibilang begitu lantaran Penelitian dan Pengembangan dilakukan untuk menghasilkan produk-produk hilir berkualitas dan bernilai tinggi, sementara PSR digeber untuk bisa menghasilkan produksi tinggi dan berkelanjutan sebagai bahan baku industri hilir itu.

Ini sudah sama persis lah dengan tujuan utama BPDPKS lahir; menjaga stabilisasi industri sawit yang berkelanjutan demi mensejahterakan pekebun.

"Integrasi industri sawit dari hulu ke hilir adalah keniscayaan. Lantaran itu, gimana caranya supaya kita mempunyai luasan kebun yang cukup, produktifitas tinggi dan berkelanjutan, menjadi teramat penting," kata Edi Wibowo, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS kepada Gatra.com beberapa waktu lalu.

Itu sama pentingnya dengan hasil produksi tinggi itu diolah menjadi sesuatu yang punya nilai tambah tinggi, bisa dikonsumsi dengan aman, menyehatkan dan punya manfaat signifikan.

Nah, biar integrasi seperti yang diinginkan di atas kelak terwujud, BPDPKS bersama Komite Penelitian dan Pengembangann (Litbang)nya pun menggandeng banyak pihak.

Mulai dari Kementerian ESDM, Lembaga Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Pemerintah Daerah yang concern, Gapoktan, Koperasi sawit, Asosiasi Petani hingga Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia (MBI).

Kelak, produksi kebun yang dibangun lewat program PSR tadi disalurkan ke PKS, lalu bahan mentah itu diolah oleh koperasi atau BUMD menjadi minyak yang mempunyai nilai tambah tinggi dan bermanfaat, baik untuk pangan atau bahan bakar, katakanlah Industrial Vegetable Oil (IVO).

"Program biodiesel yang saat ini sudah di B30 kan sudah banyak mengurangi impor minyak solar. Saat ini sedang dilakukan riset untuk B40 hingga B50. Untuk implementasinya masih memerlukan sejumlah pertimbangan. Sekarang kami bersama para pihak tadi berusaha membikin inovasi untuk mengembangkan bahan bakar yang bisa menggantikan minyak gasoline dengan harga yang diharapkan bisa bersaing dengan bahan bakar fosil. Kebetulan gasoline itu saat ini masih diimpor dalam skala besar," ujar lelaki 53 tahun ini.

Pola yang diharapkan dari program ini kata lelaki yang juga Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS ini adalah dengan memberdayakan Usaha Kecil Menengah Koperasi (UKMK) dan BUMD yang berkolaborasi dengan litbang dan kemitraan.

Dengan kolaborasi program tadi dan kontribusi para pihak terkait, BPDPKS kata Edi berharap pilot plant segera terwujud dan komersialisasinya segera terlaksana. Biar pekebun bisa lebih sejahtera dan rakyat Indonesia serta masyarakat dunia bisa lebih nyata menikmati manfaat sawit.

Apa yang diurai oleh Edi tadi, bukan cuma isapan jempol. Sebab dalam sebuah webinar, Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPM IPB, Prof Erliza Hambali telah mengurai bahwa banyak usaha turunan minyak sawit yang bisa digarap oleh UKMK.

"Metil ester, biodiesel, gliserol hingga asam lemak, memang harus industri besar. Tapi untuk produk setelahnya --- oleokimia turunan --- banyak yang bisa dikembangkan oleh UKM dan Koperasi," katanya.

Untuk energi juga begitu, tak melulu industri besar. Kalau untuk membikin Biodiesel, Green Gasoline, Green Olefin, Green Diesel dan Green Jet dengan investasi besar, tapi untuk membikin bio briket, bio pelet, pemanas, bio oil, asap cair, bisa oleh UKM dan Koperasi. "Jadi, sawit ini sangat mengakomodir ragam pelaku usaha," Erliza memastikan.

IPB sendiri kata Erliza sudah bekerjasama dengan BPDPKS mengembangkan handsanitizer berbahan gliserol sawit dan handsoap berbahan metil ester sulfonat.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo), Gulat Medali Emas Manurung, sangat mengapresiasi semua terobosan yang sudah dilakukan oleh BPDPKS itu.

Bagi Apkasindo kata Gulat, BPDPKS sudah all out, bahkan lebih, dalam mendorong sawit Indonesia untuk naik kelas.

"Tidak ada yang instan, semua berproses, dan proses yang dijalani oleh BPDPKS untuk menghasilkan terobosan-terobosan luar biasa, menurut saya cukup singkat. Soal masih ada kekurangan di sana-sini, saya pikir bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, tapi justru kita yang memberesi bersama-sama," katanya.

Gulat kemudian mencontohkan PSR, kalau BPDPKS tidak ada, sampai sekarang belum tentu akan ada hibah replanting kebun kelapa sawit.

"Dan ini kali pertama hibah duit sebesar itu, Rp30 juta perhektar. Nah, kalau kemudian ada kekurangan di sana-sini terkait PSR, ayo kita sempurnakan. Yang namanya program, biasa kok dilakukan penyempurnaan," ujarnya.

Hari ini kata Gulat, BPDPKS genap berusia 6 tahun, petani sawit Apkasindo di 144 kabupaten kota di 22 provinsi berharap, hari ini menjadi tangga bagi BPDPKS untuk semakin konsisten, khususnya untuk program PSR.

Lalu gimana caranya supaya program SDM petani dan Sarpras yang dicita-citakan petani, tahun ini bisa segera launching.


Abdul Aziz

685