Home Ekonomi PBA Dorong UMKM Gunakan Pembayaran Digital QRIS

PBA Dorong UMKM Gunakan Pembayaran Digital QRIS

Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum Perkumpula Bumi Alumni (Ketum PBA), Ary Zulfikar, mendorong pelaku binsis UMKM yang tergabung dalam PBA untuk menerapkan pembayaran digital Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS).

"Didalam era digital, kami mendorong kepada pelaku bisnis UMKM melakukan pembayaran digital melalui QRIS," kata Ary dalam keterangan pers yang diterima pada akhir pekan ini.

Menurut Ary, transformasi digital telah mengubah cara orang melakukan pembayaran. Perubaan tersebut seiring dengan laju perkembangan teknologi di bidang perbankan, dari pembayaran fisik, ATM, mesin EDC hingga saat ini pembayaran digital melalui QR Code.

"Keuntungannya [pembayaran melalui QRIS] adalah pembayaran dilakukan sangat praktis dan efisien serta hygienis," ujarnya. Selain itu, transaksi pembayaran juga sangat aman dan bisa dilakukan di manapun dan kapan saja, tidak tergantung jarak dan waktu.

Untuk mendorong pelaku UMKM menggunakan QRIS, lanjut Ary, pihaknya terus melakukan sosialiasi, di ataranya melalui webinar bertajuk "QRIS: Pembayaran Praktis dan Higienis" bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Perkumpulan Bumi Alumni menghadirkan Ricky Satria dari BI dan Muhammad Yusuf dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Ari yang menjadi pembicara kunci menyampaikan, kecenderungan pembayaran digital juga membuat para customer lebih royal untuk membeli produk, karena mereka tidak bawa tunai yang sering terbatas jumlahnya.

"Sekarang ini memang semakin meluas pembayaran digital, uang tunai sudah mulai berkurang penggunaanya," ujar pria yang juga menjabat Direktur Eksekutif Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini.

Menurutnya, dalam konteks menyambut era digital gerakan kewirausahaan, PBA juga ikut mengembangkan kafe dengan platform pembayaran online, dua buah gerai Kafe di Kadin Bandung dan Mall PTC menerapkan pembayaran digital melalui QRIS, untuk memudahkan customer dalam berbelanja. Melalui pembayaran digital QRIS, Ary berharap bisa semakin mendorong produktivitas pelaku bisnis UMKM.

Sementara itu, Rikcy Satria, Koordinator Kelompok Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Pembayaran BI, menyampaikan, QRIS dikembangkan sejak tahun 2019 setelah melakukan kajian sepanjang 2018.

Tujuannya, lanjut Ricky, untuk membantu keuangan inklusif kedua menjangkau pelaku usaha UMKM sejalan dengan perkembangan teknologi. Penyusunannya dilakukan bersama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), baik bank dan nonbank dari seluruh Indonesia.

Webinar QRIS gelaran PBA. (ist)

"Setelah melakukan serangkaian uji coba pada tanggal 17 Agustus 2019, QRIS resmi diluncurkan sebagai alat pembayaran digital yang bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia," kata Ricky.

Kemudian, pada bulan Maret 2020, pandemi Covid-19 melanda. QRIS yang diluncurkan BI menjadi “blessing in disguise” karena sejalan dengan seruan dari WHO terkait dengan transaksi aman menggunakan contact less, mobile payment. Lantaran virus yang menempel pada uang tunai bisa bertahan cukup lama, termasuk juga menempel di kartu debit dan kartu kredit.

"Adanya pandemi ini menjadi pemicu bagi orang untuk melakukan transformasi, termasuk dalam pembayaran digital yang aman dan menghindarkan diri dari kemungkinan kontak fisik. Mereka melakukan moving digital payment, padahal kita belum melakukan campaign secara massif," ujarnya.

QRIS memang didesain untuk pembayaran digital di sektor retail, bisa digunakan oleh para pelaku bisnis UMKM untuk pembelian pulsa, pembayaran listrik, dan telepon. Para pelaku UMKM umumnya pembayarannya berbasis cash.

Menurut Ricky, dari kajian transaksi menggunakan tunai lebih banyak dampak negatifnya, kurang membantu mendorong peningkatan kualitas hidup dan kualitas enterpreuner.

Sebagai contoh cenderung tercampurnya antara uang pribadi dan usaha, tidak mencatat transaksi pembayaran. Sehingga ketika mengajukan modal usaha ke perbankan, tidak memenuhi syarat. "Selain itu, tendensi menerima uang palsu tinggi dan uang hilang juga tinggi," ujarnya.

Ujungnya, lanjut Ricky, karena sulit mendapatkan pinjaman perbankan, mereka mendapatkan pinjaman dari rentenir yang bunganya sangat tinggi. "QRIS bisa menjadi solusi dan tools bagi UMKM untuk memperbaiki transaksinya dan membuka gerbang untuk masuk digital ekonomi," katanya.

QRIS juga untuk mengakslerasi perkembangan ekonomi dan meningkatkan kualitas para pelaku bisnis UMKM. Metode pembayarannya bisa digunakan untuk berbagai platform market, baik itu yang masih menggunakan platform medsos, instragram, facebook maupun group WA.

Menurut Ricky, tentunya juga untuk pembayaran melalui e-commerce atau market place, seperti halnya bli-bli dan sebagainya. "Kita menargertkan pada tahun 2021 sekitar 12 juta merchant sudah menggunakan QRIS," ungkapnya.

Vice President Bank BRI bidang Payment Retail, Muhammad Yusuf, menyampaikan, saat ini BRI menjadi salah satu bank pengelenggara layanan QRIS. Dengan jumlah kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, BRI membuka bagi para pelaku bisnis UMKM untuk menjadi merchant QRIS.

"Sangat mudah untuk mendaftar menjadi merchant QRIS, cukup membawa KTP dan NPWP saja bagi perseorangan," katanya.

Menurut Yusuf, kehadiran QRIS sangat membantu transaksi, karena dulu sebelum ada QRIS biasanya di meja toko tersusun berbagai macam QR, ada QR Link aja, Ovo, Gopay, dan sebagainya. "Dengan adanya kebijakan Bank Indonesia mengggunakan standar pembayaran digital QRIS menjadi lebih simpel, meja tidak sumpek lagi cukup dengan satu QRIS semua bisa terlayani," ujarnya.

Kehadiran QRIS membuka peluang yang besar bagi para pedagang dan pelaku bisnis UMKM, karena tren menyimpan uang di dompet digital atau e-wallet juga semakin meluas. Fintech-fintech yang menyediakan e-wallet memancing para user untuk menyimpan dananya ke dalam e-wallet.

Tren pembayaran melalui e-wallet menjadi metode yang paling disukai. Sebagai ilustrasi pengguna gopay sebanyak120 juta, ovo 115 juta, shopee pay 100 juta, Dana 65 juta, dan Link Aja 60 juta. "Nah, ini tentu saja sudah menyebar ke seluruh Indonesia," ujarnya.

Belum lagi kalau melihat saldo yang ada di e-wallet. Berdasarkan data di berbagai platform e-wallet, ada Rp103 triliun per bulan. Ini merupakan peluang dan potensi yang sangat besar bagi para pedagang untuk mengambil manfaat dari adanya dana yang tersedia di dalam e-wallet. Bagaimana caranya mendorong dana sebesar Rp103 triliun untuk bertransaksi.

Rata-rata di saldo di masing-masing pengguna e-wallet ini tersedia Rp 200 ribu, sehingga ketika datang ke toko dan melihat QR, mereka akan mengeluarkan handphonenya untuk bisa melakukan pembelanjaan. Berdasarkan dari transaksi setiap bulan total ada 1.548 triliun transaksi sales volume menggunakan e-wallet.

"Kalau kita tidak memiliki QRIS, maka mungkin pengguna e-wallet enggan berbelanja di toko kita, namun kalau kita sudah ada QRIS maka kita bisa menangkap mereka untuk bertransaksi, memindahkan saldo e-wallet ke dalam saldo kita," kata Yusuf.

172