Home Kesehatan Atasi COVID-19, 33 Negara Gunakan Obat Cacing Ivermectin

Atasi COVID-19, 33 Negara Gunakan Obat Cacing Ivermectin

Jakarta, Gatra.com - Front Line COVID-19 Critical Care Alliance (FLCCC Alliance), mencatat sudah 33 negara yang menggunakan obat Ivermectin dalam mengatasi COVID-19. Antara lain, Brasil, Jepang, Zimbabwe dan India.

“American Journal of Therapeutics, terdapat penelitian yang melibatkan 3.406 partisipan yang terbagi menjadi 15 uji klinis. Di mana, membuktikan bahwa Ivermectin dapat mengatasi COVID-19 sebesar 95 %,” kata Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, via Zoom dalam Konferensi Pers tentang Kisah Sukses Ivermectin di Berbagai Negara sebagai Obat Pencegahan dan Terapi Melawan COVID-19, yang digelar pada Senin, (28/6).

Moeldoko menyebut hasil penelitian oleh Dr. Tess Lawrie dari British Ivermectin Recommendation Development (BIRD) Group, yang melibatkan 24 uji klinis dari 15 negara dan 3.400 partisipan. Di mana menunjukkan, Ivermectin dapat menekan tingkat kematian pasien COVID-19. 

Selain itu, tercatat 15 negara yang telah berhasil melawan COVID-19 dengan menggunakan Ivermectin. Yaitu Peru, Meksiko dan Slovakia adalah negara yang turut berhasil menekan jumlah kematian COVID-19 dengan penggunaan Ivermectin.

"Dengan melihat perkembangan COVID-19 yang kita pahami dan kita ketahui bersama saat ini, saya selaku Ketua HKTI, sungguh sangat mendukung program edukasi hari ini untuk mengenalkan lebih dekat atau berkenalan lebih dekat tentang Ivermectin sebagai salah satu obat yang telah terbukti efektif di dalam penyembuhan COVID-19 di berbagai negara," ujarnya.

"Walaupun kita tahu semuanya, Ivermectin adalah obat yang digunakan sebagai obat cacing," tambahnya.

Ia menyebut bahwa saat ini Indonesia telah memasuki situasi yang kritis. Seperti penyebaran COVID-19 ada di mana-mana, zona merah ada di mana-mana serta Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur yang semakin meningkat.

Moeldoko mengatakan, berbagai mutasi baru COVID-19 sudah berada di mana-mana. Serta masyarakat belum semuanya mendapatkan vaksin. 

"Dihadapan dengan perkembangan Covid yang seperti itu, maka kita menilainya ini adalah sebuah situasi yang kritis, bukan situasi yang normal. Maka, diperlukan ya, critical thinking dan bahkan sebuah solusi dalam kondisi yang kritis seperti ini. Sekali lagi, kita bukan dalam situasi yang normal," ungkapnya.

2120

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR